Pentingnya berbakti kepada orang tua juga diungkapkan Rasulullah Saw dalam sebuah hadits, “Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan sambungkanlah tali silaturahmi” (HR. Ahmad). Di dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda, “Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah).
Orang tua adalah orang paling mulia yang harus dihormati seorang anak. Tanpa orang tua tidak mungkin ada seorang anak. Orang tua berjuang sekuat tenaga tanpa kenal lelah untuk mengurus anak dan menyenangkan hati mereka.
Oleh karena itulah Allah Swt mewajibkan hamba-Nya: “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya: Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman: 14).
Baca Juga: Apa Makna Pepatah Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu?
Wajib bagi setiap muslim berbakti kepada kedua orang tuanya dan bergaul dengan mereka dengan sikap yang baik. Para ulama menyebutkan beberapa adab seorang anak bergaul dengan orang tuanya.
Pertama, cinta dan sayang kepada kedua orang tua. Banyak terjadi saat ini, remaja yang mencari cinta pasangan. Ia begitu sedih ketika putus cinta, tidak mau makan dan sebagainya. Padahal, cinta kedua orang tuanya tidak ia indahkan sama sekali.
Taat dan Patuh kepada Keduanya
Seorang muslim sejatinya harus selalu mencintai dan menyayangi kedua orang tuanya mengingat jasa mereka yang sangat besar. Jika seorang anak mengerahkan segala kemampuannya untuk berbakti kepada orang tuanya tetap saja hal tersebut belum dapat membalas jasa mereka.
Kedua, menaati keduanya. Menaati kedua orang tua merupakan wujud bakti kepada mereka. Menaati kedua orang tua wajib dilakukan dalam segala hal, kecuali apabila orang tua menyuruh berbuat masksiat kepada Allah Swt.
Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-ku. Kemudian hanya kepada-kulah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15).
Ketiga, menanggung dan menafkahi orang tua. Jika seseorang memiliki harta yang banyak kemudian orang tuanya membutuhkan harta tersebut, ia wajib memberikannya. Dalam sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah, bahwa seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta dan anak, sedangkan bapakku ingin menghabiskan hartaku. Maka beliau bersabda, ‘Engkau dan hartamu adalah milik bapakku”. (HR. IbnuMajah).
Berbuat Baik kepada Keduanya
Keempat, berbuat baik kepada kedua orang tua. Selain menaati keduanya, seseorang anak juga wajib berbuat baik kepada kedua orang tua bahkan jika orang tuanya non muslim sekalipun. Asma’ binti Abu Bakar mengatakan, “Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan musyrik di masa Qurasy ketika beliau mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka.
Lalu aku meminta fatwa kepada Rasulullah Saw. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, ibukku datang kepadaku karena berharap (bertemu) denganku. Bolehkah aku sambung (hubungan) dengan ibuku?’ beliau menjawab, ‘Ya, sambunnglah (hubungan dengan ibumu)”. (HR. Muslim)
Kelima, menjaga perasaan orang tua dan membuat keduanya ridha. Salah satu adab terhadap orang tua adalah menjaga perasaan mereka dan selalu membuat mereka ridha terhadap apa yang dilakukan anak. Ridha Allah ada pada keridhaan orang tua. Begitu juga dengan murka-Nya. Menjaga perasaan mereka dapat dilakukan dengan menjauhi ucapan atau perbuatan yang menyakiti hati mereka. Jangankan perbuatan yang menyakitkan.
****
Berkata ‘Ah’ saja dilarang oleh agama Allah Swt, berfirman: “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra’: 23).
Keenam, tidak memanggil orang tua dengan namanya. Adab selanjutnya terhadap kedua orang tua adalah tidak memanggil mereka dengan namanya. Panggilah mereka dengan panggilan yang baik seperti abi atau ayah atau bapak untuk bapaknya dan umi atau ibu untuk ibunya.
Abu Hurairah ra. Pernah melihat ada dua orang, lalu ia bertanya kepada salah seorang tentang hubungannya dengan yang satu lagi, ia berkata, “Ia adalah bapakku.” Maka Abu Hurairah berkata, “Janganlah kamupang gilia dengan namanya, jangaan berjalaan di depannya dan jangan duduk sebelumnya.”
Menghormati Keduanya
Ketujuh, tidak duduk ketika keduanya berdiri dan tidak mendahuluinya dalam berjalan. Ketika ibu-bapaknya berdiri, seorang anak sebaiknya tidak duduk. Sebab, jika anaknya duduk kemudian orang tuanya duduk, hal tersebut tidak menunjukkan sikap rendah diri kepada keduanya.
Padahal di dalam Al-Quran Allah Swt, berfirman: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan pernah kesayangan dan ucapkanlah, wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24)
Kedelapan, tidak mengutamakan istri dan anak dari pada kedua orang tua. Hal tersebut berdasarkan hadits yang menyebutkan tentang tiga orang bani Israil yang berjalan-jalan di gurun kemudian mereka terpaksa bermalam di gua. Ketika masuk ke dalam gua.
Tiba-tiba ada sebuah batu besar yang jatuh dari atas gunng sehingga menutupi pintu gua tersebut. Mereka pun berusaha menyingkirkan batu itu, tetapi mereka tidak bisa. Akhirnya mereka berdoa kepada Allah dengan menyebutkan amal shaleh yang pernah mereka lakukan.
****
Salah seorang dari mereka berkata, “Ya Allah, saya memiliki kedua orang tua sudah lanjut usia dan saya biasanya tidak memberi minuman kepada keluarga dan harta yang saya miliki (seperti budak) sebelum keduanya. Suatu hari saya pernah pergi jauh untuk mencari sesuatu sehingga saya tidak pulang kecuali setelah keduanya tidur. Maka saya perahkan susu untuk keduanya.
Namun saya tidak suka memberi minum keluarga sebelum keduanya. Aku menunggu, sedangkan gelas masih berada di tanganku karena menunggu keduanya bangun sehingga terbit fajar. Keduanya pun bangun lalu meminum susu itu. Ya Allah, jika yang aku lakukan itu karena mengharapkan wajah-Mu, maka hilangkanlah derita yang menimpa kami karena batu ini.” Batu besar itupun kemudian bergeser.
Selalu Berdoa untuk Keduanya
Kesembilan, mendoakan keduanya baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal dunia. Berdoa agar kedua orang tua selalu diberi keberkahan dan rahmat, diampuni segala dosanya merupakan salah satu adab penting yang selayaknya dapat dilakukan kepada orang tua.
Rasulullah Saw dalam sebuah hadits bersabda, “Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah amalnya selain tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Mengetuk Pintu Hati Manusia untuk Al-Quds Palestina
Berdoa untuk orang tua juga termasuk akhlak para nabi yang selalu berbakti kepada kedua orang tuannya. Hal tersebut tercemin dari apa yang dilakukan Nabi Nuh AS. Dalam firman Allah swt, berikut: “Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” (Q.S. Nuh: 28).
****
Itulah adab-adab seorang anak kepada orang tua yang sejatinya dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua adalah permata kehidupan seseorang ketika di dunia. Jangan sampai kita menyesal karena tidak bisa berbakti kepada keduanya setelah mereka meninggalkan dunia yang fana ini.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat berbakti dengan sempurna kepada kedua orang tua kita. Apalagi momen lebaran Haji ini harus menjadi momen terpenting untuk sebaik-baiknya berbakti kepada keduanya. Selamat Idul Adha 1441 H.