Muslim yang bermasyarkat harus mempunyai kesadaran akan pentingnya perhatian kepada anak yatim dan fakir miskin, sehingga kandungan dalam surat Al-Ma’un yang memperhatikan aspek-aspek social dalam beragama dapat terwujudkan
Dan juga pendidikan akhlaq semakin membaik. Sehingga kesenjangan social di masyarakat dapat di atasi serta sebisa mungkin menghilang dari kehidupan bermasyarat.
Kehidupan masyarakat terutama umat Islam, semakin hari semakin jauh akan interaksi terhadap Al-Qur’an. Terutama pada aspek bidang sosial, yang tidak mementingkan urusan saudara seimannya sendiri, seperti kurangnya perhatian kepada anak yatim, kaum lemah dan orang miskin. Kurangnya perhatian kepada golongan tersebut menunjukkan rendahnya pendidikan akhlaq manusia yang menjadikan perubahan sosial yang buruk.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam dan juga mukjizat terbesar nabi Muhammad yang masih relevan terhadap semua permasalahan-permasalan kontemporer
Al-Qur’an adalah pedoman dan petunjuk untuk seluruh umat manusia, banyak sekali mengajarkan banyak ilmu yang mengharuskan bukan hanya sekedar membacanya saja, melainkan memikirkan apa makna yang terdapat dalam seluruh ayat-ayat Al-Qur’an.
Sehingga mendorong bagi pembacanya terutama umat Islam untuk mempelajari dan mengerjakannya sebagai tindakan sosial. Secara eksplisit dan implisit Al-Qur’an mengandung fungsi yang dapat di implementasikan ke dalam kehidupan.
Ajaran-ajaran Al-Qur’an memuat petunjuk bagi manusia sangat bervariasi.
Mulai dari informasi, perintah, larangan, dan kisah-kisah yang memberi pelajaran bermakna kepada manusia.
Realitas Al-Qur’an
Kini Al-Qur’an hanya sekedar di baca tanpa harus mengetahui makna yang terkandung di dalamnya juga tidak mengimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Kini Al-Qur’an hanya menjadi sebagai hiasan dinding atau sebagai pajangan belaka yang sampai-sampai berdebu karena lamanya tidak di baca sekalipun.
Realita dalam berkehidupan perlu adanya petunjuk yang menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada, terutama pada aspek kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an telah lama kehilangan fungsi yang sebagai pedoman dan petunjuk bagi seluruh umat manusia di karenakan oleh arogansi manusia itu sendiri.
Segala kebaikan tentang duniawi dan kehidupan akhirat, islam dengan Al-Qur’an mengajarkan dan mengajurkan untuk tidak berakhlaq hanya kepada Allah SWT saja.
Melainkan kepada seluruh ciptaannya. Sebab Islam mengajarkan bahwa akhlaq adalah pilar utama untuk membangun keimanan juga ketaqwaan kepada Allah SWT sebagaimana juga Nabi Muhammad di utus ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlaq manusia.
Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial manusia adalah hubungan komplek antara manusia pada manusia lainnya.
Maka Islam mengajarkan tentang kedudukan, hak asasi, dan juga kewajiban serta tanggung jawab terhadap semua ciptaan Allah SWT yang semua tak lepas dari konsekuensi juga pertanggung jawaban atas semua yang dilakukan. Keadaan kehidupan sosial tidak terlepas dari pendidikan akhlak manusia yang mana kedua hal ini sangat berkaitan. Adanya pendidikan akhlak seseorang maka akan berdampak pada kehidupan sosial seseorang di mana sangat mempengaruhi tingkat nilai-nilai sosial antar sesama.
Kehidupan sosial dan pendidikan akhlak menjadikan perwujudan dalam pemaknaan arti dari sebuah ibadah.
Sebab orang yang shaleh tersebut sudah tentu memahami makna ibadah yang sesungguhnya yakni dengan mengimplementasikan antara ibadah secara dimensi vertical dan juga dimensi horizontal.
Pada realitanya hubungan secara dimensi horizontal atau terhadap sesama manusia sering adanya ketidakpedulian dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh adanya orang-orang yang masih acuh terhadap problematika yang terjadi suatu kaum tertentu terkhusus anak yatim piatu yang sangat membutuhkan perhatian.Hal lain yang terjadi di kehidupan bermasyarakat misalkan perbuatan menghardik anak yatim, tidak berbagi dengan memberi makan kepada orang miskin, lalai terhadap shalat, bersikap riya, tidak mau memberi bantuan.
Sikap-sikap tersebut merupakan perbuatan yang jauh dari perintah Allah SWT., serta menunjukkan rendahnya pendidikan akhlak manusia.
Guna menjadikan akhlak manusia yang sesuai dengan al-Qur‘an tentu pendidikan akhlak haruslah menjadi perhatian, yang memberikan bimbingan dan arahan mengenai nilai pendidikan akhlak sehingga membentuk insan kamil yang berakhlak, berkepribadian sosial, religius, dan berbudaya.
Humanisasi Surat Al-Ma’un
Surah ini merupakan surah yang turun di kota Makkah. Secara epistemologi, surat ini berarti kekayaan yang besar, kemanfaatan dan kemanfaatan, kebaikan dan ketaatan, dan zakat. Surah tersebut menggambarkan orang yang tidak mau membayar zakat atau memberikan infak untuk membantu orang miskin. Allah SWT., akan mengancam mereka yang memiliki kekayaan besar tetapi tidak peduli social.
Surah al-Ma‘un secara umum terdapat beberapa hal yang menjelaskan dan dapat kita ambil di antaranya adalah;
1. Memberikan penjelasan mengenai orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.
2. Penjelasan bahwa agama Islam tidak hanya menganjurkan ibadah terhadap Allah SWT. melainkan ibadah yang berhubungan dengan manusia.
3. Adanya penjelasan mengenai orang-orang yang tidak mengasihi anak yatim dan hak orang miskin.
4. Adanya orang-orang yang mengaku Islam akan tetapi mengabaikan ibadah shalat.
5. Terdapat orang-orang yang mengerjakan amalan bukan karena Allah SWT, melainkan hanya ingin mendapat pujian oleh orang lain.
6. Adanya orang-orang yang kikir, terlebih pada hal yang sepele.
Surah al-Ma‘un mengajarkan tentang pendidikan akhlak pada manusia yang akan berdampak pada perubahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Islam sendiri telah mengajarkan kepada umatnya untuk berkewajiban saling tolong menolong terutama terhadap kaum dhu‟afa, fakir miskin, serta kaum lemah lainnya. Dalam surah al-Ma‘un yang terdiri dari 7 ayat sangat populer membicarakan tentang hal tersebut.
Bahkan surah al-Ma‘un dengan sangat tegas menganggap orang yang tidak memperdulikan anak yatim piatu dan tidak mau memberi sedekah atau berbagi makanan pada orang miskin telah disebut sebagai pendusta agama.
Sudah menjadi barang pasti surah al-Ma‘un menerangkan sebab adanya ketimpangan sosial disebabkan ketidakseimbangan yang baik dalam hubungan individu terhadap Allah dan sesama manusia.
DWI KURNIADI, Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir UMS