Damai itu apa sih sebenernya? Google ngasih jawaban kayak gini, makna damai di KBBI adalah: tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman. Nggak ada yang namanya lempar melempar bom molotov, nggak ada suara DER DER DER, nggak ada pertumpahan darah, nggak ada suap-menyuap, bukan menyuap makanan ya, dan sebagainya.
Kita-kita sebagai anak remaja zaman now ya pasti punya orang yang membenci kita, entah di segala aspek, kita punya masalah dengan diri sendiri dalam segala bentuk, punya masalah dan komplain tentang lingkungan sekitar yang nggak memadai diri sendiri untuk bertumbuh, bermasalah dengan nilai sekolah yang kok kayanya segitu-segitu aja, apalagi masalah sama orang tua. Banyak juga kalau dilihat secara seksama.
Apalagi anak-anak yang tipenya troublemaker, wush, makin banyak lagi tuh urusannya! Di sisi lain, masalah pasti akan selesai dan harus selesai bagaimana pun caranya, ya nggak sih? Entah kita menyelesaikannya sendiri, meminta bantuan orang lain, ya terkadang masalah juga akan selesai sendiri seiring berjalannya waktu. Kalau dipikir-pikir, masalah tuh ribet banget.
Nyelesainnya butuh perjuangan, dengan adanya masalah, berarti nggak tercipta yang namanya perdamaian dong? Karena di dalam masalah pasti ada salah satu pemicu yang menyebabkan terjadi percikan-percikan negatif, cie percikan uhuy.
Dengan beribu-ribu masalah yang ada, kita tetep harus nyiptain damai, karena damai nggak cuma berdampak pada diri sendiri, damai itu akan menyebar ke orang lain, lingkungan kecil, bahkan mungkin dunia. Gimana ya kira-kira cara untuk membuat damai, tapi kita sendiri aja punya masalah? Nih, aku kasih tips-tips cara nyiptain damai menurut diriku dan riset kecil.
Aku contohin pake masalah sepele nih. Mama udah masakin nasi goreng buat makan pagi, trus Mama pergi berangkat kerja, tapi aku malah beli makanan di luar, dan akhirnya nasi goreng itu nggak ada yang makan. Wuh, Mama udah geram tuh kelihatannya pas pulang kerja. Aku juga jadi merinding.
Mama ternyata marah karena nasi goreng buatannya tadi subuh nggak aku makan, dan aku malah beli makanan lain. Kita punya pilihan yang nentuin kejadian selanjutnya nih. Pilihan pertama, kita marah karena kita emang nggak mau makan nasi goreng buatannya Mama. Dan pilihan kedua, kita tenangin diri, dan bilang, ‘’Maaf, Ma.’’
Kebanyakan dari kita-kita pasti pilih pilihan pertama, karena udah kesulut emosi duluan. ‘’Udah kesel nih, kena semprot mulu! Lagian Mama ada apa sih, pake marah-marah segala, cuma gitu doang pake dimarahin.’’ Pasti kalian pernah berpikir seperti itu, tenang, aku juga kok. Yuk, kita lihat dari pihak Mama!
Mama bangun subuh-subuh buat nyiapin kita sarapan, trus cepet-cepet berangkat kerja buat cari nafkah. Apa nggak kasihan coba, udah masak capek-capek, nggak dimakan lagi sama anaknya, udah gitu anaknya malah gentian marahin Mamanya. Yang sabar ya, Ma. Tapi ini fakta loh.
Coba kalau kita lebih tenang, dan memilih pilihan kedua. Hanya dengan kata ‘maaf’ , semua masalah selesai. Suasana bakal jadi lebih cair dan nggak tegang kaya keadian di atas. Segampang itu bikin damai sebenernya. Cuma mental dan pikiran kita aja, yang belum terlatih untuk menjadi pembawa damai. Bawaanya kesel, bete, badmood. Sukanya mikirin diri sendiri, masalah orang lain nggak digubris. Yuk, coba deh, lihat semua masalah dari segala aspek. Apa ya, yang akan terjadi kalau aku bersikap seperti itu.
Balik lagi ke topik perdamaian! Kita udah bahas contoh kejadian yang menimbulkan peperangan tuh, walau peperangannya nggak pake senjata hihi. Coba kita ulik-ulik pengalaman yang menimbulkan damai. Ada 3 pemeran di sini, ada Aku, Dita, dan Lucas.
Dita ini baru nulis tugas di papan tulis, selaku dia seorang sekretaris kelas. Lucas di belakang ngetawain badan Dita yang pendek dan terpaksa harus jinjit agar bisa mencapai papan tulis dengan leluasa.
Ejek Lucas, ‘’Cie, badannya bantet banget! Itu badan atau aci?’’
Dita awalnya masih biasa aja, belum marah-marah banget.
“’Heh, bisa denger nggak tuh? Kok kayanya telinganya kesumpelan jadah sekilo!’’ teriak Lucas lagi.
Dita mulai berbalik badan, dengan tampang seram. Ngeliatin muka Lucas yang kelihatan lagi nantangin. Dita membalas ejekan Lucas, ‘’Halah, kamu juga tuh. Telinga segede gaban kadang aja nggak denger Pak Guru ngomong apa.’’
Si Aku mulai berdiri, nengahin mereka berdua,
“Udah-udah, nyelesain masalah nggak usah pake ngotot. Kasian otot mukanya ketarik mulu. Lanjutin tugas kalian, udah, sekelas pusing tau denger kalian debat mulu. Bukan tempat buat debat Presiden ini.’’ Semprot Si Aku.
Savage parah Si Aku. Nah, seperti itu contohnya. Pikirkan efek positif dan negatif dalam menyelesaikan sebuah masalah. Buat kepala menjadi dingin dan tenang, jangan main teriak dulu! Nggak bubar-bubar nanti masalahnya, malah nanti jadi malapetaka. Segampang itu, bikin damai. Nggak ada ngotot-ngototan, telinga juga nggak sakit denger orang teriak-teriak, hati plong rasanya kalau nggak ada masalah. Semua jadi berjalan lebih lancar, ya nggak?
Kesimpulan yang bisa diambil apa dong? Kesimpulannya adalah, damai itu luas dan tenang. Damai bisa dianggap seperti virus kebaikan. Mudah menyebar ke semua orang jika orang-orang tersebut menerima keberadaan damai.
Sungai bersih adalah contoh damai. Dia tenang, walau berlika-liku dan kita tidak tahu di dalamnya ada apa, tapi kita bisa ngeliat keindahan sebuah sungai dari jauh, hati rasanya Bahagia. Indah banget dunia kalau ada damai. Tugas kita sekarang apa? Menyebarkan damai layaknya virus COVID-19! Yuk, berjuang bersama!
Editor: Yusuf