Oleh: Andika Pratama
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Kutipan Firman Allah di atas adalah sebuah ayat yang menginformasikan kepada kita tentang ekatologi di akhirat. Itu artinya kehidupan dunia adalah jembatan menuju ke akhirat. Kehidupan di dunia ini adalah dunia yang hanya bersifat sementara dan puncak dari seluruhnya adalah kehidupan di akhirat.
Kehidupan yang akan menentukan apakah kita akan masuk surga-Nya ataukah sebaliknya. Dari ayat di atas kita juga mengetahui bahwa ada juga yang harus kita jaga di dunia ini yaitu diri kita pribadi dan keluarga kita yang juga menentukan kita masuk surga ataukah masuk neraka.
Setiap muslim, apa yang dialakukan di dunia ini, baik berupa perbuatan baik ataupun perbuatan buruk. Maka, dia pula yang akan mendapatkan balasannya dari Allah Swt. Perbuatan seseorang tidak akan dibebankan kepada orang lain, maksudnya, setiap individu bertanggung jawab atas apa yang dia telah diperbuat olehnya.
Sedangkan orang lain tidak mendapatkan pahala atau dosa karena perbuatan kita, kecuali apa yang sudah disebutkan dalam hadits shahih seperti doa anak shalih, amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat.
Dalam hal ini, Allah ta’ala berfirman dalam banyak ayat di Al-Quran di antaranya: yang artinya “Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” dalam Q.S. Al-An’am:164 dan ayat yang artinya “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” Dalam Q.S. Al-Muddatstsir ayat 38.
Baca Juga: Dunia Ekstrem Indonesia
Oleh karena itu, bentuk penjagaan pada diri sendiri adalah dengan cara kita memperhatikan betul apa yang akan dilakukan. Apa yang kita tanam itulah yang akan kita panen dengan balasan yang adil dari Allah Swt. Jangan sampai setiap detik yang kita lalui dalam hidup ini dengan perbuatan dosa. Tetapi hiasilah kehidupan kita dengan berbuat baik kepada siapapun baik orang yang kita kenal maupun orang tidak kita kenal.
Pribadi dan Keluarga
Cara, agar kita bisa mengetahui perbuatan mana yang Allah Swt ridhai sehingga akan berbalas pahala, dan mana perbuatan yang Allah Swt murkai sehingga akan berbalas dosa, khususnya ilmu Islam. Jangan sampai pernah bosan untuk belajar, karena ilmu Agama Islam sangatlah banyak. Yang harus kita amalkan dan amalkan sampai akhir hayat kita menjemput kita.
Dalam urusan keluarga, Allah Swt ta’ala menyampaikan dalam firman-Nya bahwa ada tanggung jawab seseorang kepada keluarganya. Allah ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (Q.S. At-Tahrim: 6)
Dalam tafsir Jalalain dikatakan bahwa menjaga diri dan keluarga adalah dengan beramal mentaati Allah Swt. Dan juga Imam Asy-Syaukani menjelaskan dalam Fathul Qadir, bahwa menjaga diri adalah dengan melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang (bi fi’li maa amarakum bih, wa tarki maa nahaakum ‘anhu).
Imam Asy-Syaukani melanjutkan bahwa menjaga keluarga adalah dengan mengajak mereka (keluarga) kita untuk taat kepada Allah Swt dan melarang mereka dari maksiat kepada Allah Swt (bi amrihim bi thaa’atillah, wa nahyihim ‘alaa maaashiyyahi).
Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wasallama juga menyampaikan tentang wajib dan pentingnya perhatian seseorang kepada keluarganya, khususnya anak-anaknya. Nabi Muhammad shalallahu ’alaihi wasallama bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nashrani atau Majusi”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Ketika Tuhan Turun ke Bumi
Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa makna “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah “didiklah mereka dan ajarkan ilmu kepada mereka (addibhum wa ‘allimhum)”. Sayidina Ali bin Abi Thalib juga menjelaskan bahwa dalam menjaga keluarga dari api neraka dilakukan dengan berbagai hal berikut:
Bekali dengan Ilmu dan Akhlak Mulia
Ilmu merupakan perkara yang sangat penting dan dipentingkan oleh Islam. Ia merupakan poros dan asas kebaikan. Dengan ilmu seseorang mengenali kebaikan dan dapat membedakannya dengan keburukan. Dengan ilmu pula seorang Muslim dapat mengetahui tugas dan kewajibannya kepada Allah.
Dengan ilmu seorang mengetahui tujuan hidup dan keberadaanya di dunia yang fana ini. Dengan ilmu juga seseorang mengelola dan menjalani hidupnya di dunia ini dengan benar, sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Singkatnya, ilmu adalah bekal sekaligus panduan dalam mengarungi kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air. Sungguh, keutamaan seorang alim disbanding seorang ahli ibadah adalah ibarat bulan purnama atas semua bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang sangat besar. (H.R. Ibnu Majah)
Syed Naquib al-Attas, seorang cendekiawan muslim pernah berkata Sebab utama berbagai masalah dunia Islam saat ini adalah problem ilmu dan ketiadaan adab (the loss of adab). Oleh karena itu menurut beliau, solusi mendasar bagi persoalan umat Islam saat ini adalah pendidikan berbasis adab. Beliau menyebutnya dengan istilah ta’dib.
Baca Juga: Pandangan dan Implementasi Pluralisme Positif Muhammadiyah
Rasulullah Saw bersabda : “Tidak ada suatu pemberian seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama dari pada adab (akhlak) yang baik.” (H.R. Tirmidzi)
Adab atau akhlak yang dimaksud di sini bukan sekadar sopan santun dan tata krama terhadap sesame manusia. Tetapi adab yang mencakup adab kepada Allah, Rasul-Nya, dan sesama manusia seperti adab kepada orang tua, guru, kawan, dan sebagainya.
Karena pada hakekatnya makna adab dalam bahasa Islam adalah memberikan kepada yang berhak atas haknya. Memuliakan yang harus dimuliakan dan tidak memuliakan yang tidak pantas dimuliakan. Dalam hadis dikatakan: “Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergauilah manusia dengan akhlak yang baik.” (H.R. Tirmidzi)
Kata Muqatil dan Ad-Dhahak bahwa salah satu makna, “peliharalah dirimu dari api neraka” adalah “lakukan ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maskiat kepada-Nya”, maka kata Ibnu Abbas artinya adalah “engkau memerintahkan mereka untuk mentaati Allah dan mencegah mereka dari bermaksiat kepada Allah”.
Sumber Ilustrasi: wahdahislamiyah.co
Assalammualaikum,,,!!!!!!
mohon untuk tema tulisan nya di perbaiki lagi soalnya ada kata-kata yang typo
terima kasih