Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di India pada 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817 Masehi di kota Delhi. Ayahnya bernama Al-Muttaqi adalah seorang ulama yang memiliki pengaruh besar di Kerajaan Moghul pada masa Akbar Syah II.
Sedangkan, kakeknya merupakan salah satu pembesar istana Mughal pada masa pemerintaan Alamaghir II. Dengan latar belakang itu semua, Sayyid Ahmad Khan bisa dikatakan berasal dari keluarga berstatus tinggi, modernitas yang tinggi bahkan berorientasi Barat.
Meskipun keluarganya banyak yang berkecimpung dengan pengaruh Barat, namun Ibu dari Ahmad Khan adalah sosok muslim yang religius. Dia merupakan wanita yang dihormati karena pengetahuan agamanya. Dia memasukkan Ahmad Khan ke dalam sebuah madrasah (sekolah) yang memberikan pengaruh yang sepadan dengan pengaruh yang diberikan kakek Ahmad Khan.
Baca Juga: Jabariyah dan Qadariyah Kembali Bertengkar
Sehingga Ahmad Khan tumbuh dewasa karena dua pengaruh yang saling berlawanan yakni pertama, kesetiaan dengan sepenuh hati kepada komunitas muslim. Kedua, penghormatan yang tinggi terhadap budaya Inggris.
Selain itu, nasab Sayyid Ahmad Khan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad. Sehingga dia mendapatkan gelar Sayyid. Selain itu, ia juga mendapatkan gelar Sir, dikarenakan atas jasa-jasanya dalam membantu melepaskan orang-orang Inggris yang teraniaya di Bignaur saat ia menjadi pegawai peradilan.
Karya-Karya ِAhmad Khan yang Menggelora
Sayyid Ahmad Khan dikenal karena karya-karyanya yang luar biasa. Beliau telah menerbitkan lebih dari 50 buku sepanjang hayatnya. Buku-buku tersebut mencakup beberapada bidang yakni sejarah, agama, dan edukasi (pendidikan).
Kontribusinya dalam sejarah India berhasil melahirkan beberapa karya-karya besar seperti Asrar al-Sanadid (1847) dan Jam‘i-Jam (1940) berbicara tentang sejarah raja-raja Mughal serta narasi kritis terhadap keruntuhannya. Ada lagi Silsilat Ul-Muluk (1852), Tarikh I-Firuz Shahi, dan Tuzuk I-Jahangiri.
Dalam bidang agama Islam, beliau juga berperan aktif dalam menulis buku yang berjudul Tafsir Al-Qur’an. Buku tersebut terdiri dari tujuh jilid. Selain itu, di tahun 1893, beliau juga menulis Risalah Ibtal Al-Ghulami yang menyuarakan pandangan Islam tentang penghapusan sistem perbudakan.
Ada juga buku yang sangat menarik dalam pengembangan ajaran agama Islan yakni Tabyin al-Kalam fi Tafsir al-Taurat wa al-Injil ala Mullat al-Islam yang menjelaskan tentang mempersoalkan bagaimana Injil memandang kedatangan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang terakhir.
Dalam dunia pendidikan, sumbangsihnya berupa tulisan maupun tindakan nyata juga terlihat dengan mendirikan salah satu lembaga Pendidikan yang terkenal di India. Sejak menapaki jalan karir di East Indian Company, beliau mulai memanfaatkan waktu luangnya dengan cara menulis. Salah satu alasan yang mendorong kegiatannya menulis adalah kegelisahan atas nasib kaum Muslim, khususnya di daerah India karena dominasi kekuasaan negara Inggris begitu kuat dalam kehidupan masyarakat India.
Pandangan Ahmad Khan Tentang Inggris
Sayyid Ahmad Khan memandang bahwa Inggris sebagai “musuh yang terhormat”. Sebab, di satu sisi Inggris membawa ke India salah satu peradaban yang unggul terutama dalam bidang sains dan teknologi. Karena itu, mengusir Inggris sepenuhnya tidak terlalu menguntungkan bagi situasi umat Islam di India saat itu. Dia lantas menyarankan adanya saling memahami antara kaum Muslim dan penguasa Inggris.
Jika dilihat dalam bidang birokrat, Sayyid Ahmad Khan justru bersikap kritis terhadap praktik kekuasaan Inggris. Dalam kesempatan lain, dia selalu menyampaikan pentingnya pembangunan infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang diperuntukkan bagi masyarakat lokal. Tujuannya adalah membebaskan masyarakat dari jeratan kebodohan dan kemiskinan.
Baca Juga: Imam Al-Ghazali: Dari Intelektualisme Hingga Spiritualisme
Pada awal abad ke-20, paham modernisme telah menggerakkan masyarakat jajahan untuk tampil melawan penindasan melalui jalan pendidikan. Sayyid Ahmad Khan termasuk yang mengalami sendiri dampak positif dari sikap terbuka dan kritis terhadap pengaruh luar. Dia menilai, tidak mungkin suatu kaum bangkit dengan hanya mengandalkan pertempuran senjata. Mereka mesti dibekali dengan pendidikan yang memadai.
***
Dalam arti, nilai-nilai agama Islam tetap tertanam dalam diri. Namun, di saat yang sama, alam pikirannya terbebas dari sikap jumud menuju sikap ilmiah yang menerima beragam perbedaan. Setelah berhasil mendamaikan umat Islam dan pemerintah Inggris, Ahmad Khan mulai memunculkan ide-idenya dalam rangka memajukan umat Islam.
Menurut Akhmad Khan Islam terbelakang, bodoh, dan miskin, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana yang dimiliki oleh negara Eropa lainnya.
la berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern dan teknologi adalah hasil pendayagunaan akal yang maksimal. Sejalan dengan itu, Al-Quran sangat mendorong umat Islam untuk mempergunakan akal dalam bidang-bidang yang sangat luas, walaupun jangkauan akal tersebut terbatas
Munculnya Gerakan Reformasi Pendidikan
Sayyid Ahmad Khan tidak setuju dengan kebudayaan Barat yang terlampau mengagungkan kebebasan manusia sehingga mengabaikan keberadaan Sang Pencipta. Namun, dia juga menyayangkan sikap segelintir Muslimin yang memandang curiga kebebasan manusia sehingga lebih suka bersandar pada takdir. Fatalisme merupakan salah satu kendala untuk mengangkat derajat masyarakat. Ide-ide pembaharuan mulai bermunculan dan kemudian mencetuskan Gerakan Aligharth College.
Aligharth College adalah karya besar Akhmad Khan dalam bidang pendidikan. Aligarth merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang dikembangkan olehnya dari hasil studi panjangnya di Inggris. Sistem pendidikannya berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang ada pada waktu itu.
Baca Juga: Kesiapan Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 dalam Isu Corona
Perbedaan tersebut nampak dalam hal materi dan tujuan pendidikan. Dari segi materi Aligarth memasukkan pengetahuan umum (ilmu pengetahuan umum dan teknologi) dalam pembelajarannya. Dengan memberikan pelajaran umum ini Ahmad Khan menginginkan hilangnya dikotomi ilmu yang ada pada benak dan pikiran masyarakat Islam India.
Pusat Gerakan tersebut berada di Muhammadan Anglo Oriental College (MAOC) yang didirikan pemimpin pembaharuan Islam India itu di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh di tahun 1920 perguruan tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India. Gerakan Aligarh inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaharuan di kalangan ummat Islam India.
Kemajuan Gerakan Ilmu
Gerakan inilah yang meningkatkan umat Islam India dari masyarakat yang bangkit menuju kemajuan. Pengaruhnya terasa benar digolongan intelegensia Islam India. Di antara para pemuka yang besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan ide-ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan adalah: Altaf Husain Hali (1837-1914), Chiragh Ali, Salah Al-Din Khuda Bakhs, Maulvi Nazir Ahmad, Muhammad Sibli Nu’mani (1857-1914) dan masih banyak lagi.
Terlihat dari penyusunan cabang ilmu pegetahuan yang diajarkan di Aligarth. Dalam susunan itu ilmu-ilmu agama dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan. Bukan menjadi cabang tersendiri yang terpisah dari ilmu pengetahuan yang lain. Akhmad Khan tidak menginginkan adanya keterpisahan ilmu pengetahuan dalam pandangan umat Islam India.
Dari sudut tujuan, Aligarth College memiliki tujuan yang bebeda dengan lembaga pendidikan Islam mainstrem. Ia memiliki tujuan membentuk ulama intelek, yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang pengetahuan agama dan juga mahir dalam ilmu pengetahuan umum.
Dengan demikian diharapkan lulusan Aligarth College memiliki intelegensi yang tinggi dan adaptif dengan perkembangan zaman dan peradaban modern dengan kepribadian muslim. Perbedaan dengan lembaga pendidikan Islam mainstream terlihat dari penambahan ilmu pengetahuan umum yang pada era ini sama sekali tidak tersentuh oleh lembaga pendidikan Islam yang lain.
Ahmad Khan: Bapak Pendidikan Modern India
Kiprah perguruan tinggi inilah yang membuatnya dijuluki sebagai bapak pendidikan modern India. Sejumlah tokoh penting pernah mempunyai sangkutan sejarah dengan perguruan tinggi ini. Sebut misalnya tokoh pergerakan nomor satu India Mahatma Gandhi dan Ishwari Prasad, Zakir Hussain (Presiden India) dan Abdul Ghayoom (Presiden Maldives) juga pernah tercatat sebagai siswa perguruan tinggi ini.
Dan olehkarenanya maka, pada tahun 1875, dapat disebut sebagai puncak dari upaya reformasi Ahmad Khan. Karena ia berhasil mendirikan Mohammadan Anglo-Oriental College di Aligarh, yang menjadi basis pelatihan bagi tokoh-tokoh politik muslim abad ke-20.
Yang telah disebutkan, bahwa pada perkembangannya nanti berubah nama menjadi Aligarh Muslim University. Itulah sejarah singkat perkembangan pendidikan melalui salah satu tokoh muslim yang berasal dari India. Semoga semangat tertanam pada setiap pribadi yang diteruskan secara terus menerus.