Pada tanggal 8 Mei 2020, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu kembali menggelar Pengajian Daring dengan tema “Paradigma Etika untuk Peradaban Utama”. Yang menjadi pembicara dalam pengajian tersebut antata lain Dr. M. Arifin, penasehat PCIM Malaysia, Umair Fahmiddin, Lc, Ketua PCIM Mesir, Prof. Zakiyuddin Baidhawi, Rektor IAIN Salatiga, dan Dr. Sofwan Karim, Ketua PWM Sumatera Barat.
Umair Fahmiddin, dalam penyampaiannya mengatakan bahwa untuk membedah tema ini peserta pengajian perlu mengetahui 3 komponen. Yaitu akhlak, iman, dan peradaban. Akhlak adalah bentuk sikap yang dilakukan tanpa perlu berfikir. Iman adalah membenarkan dalam hati, memantapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan badan. Peradaban yang dalam bahasa Arah disebut al-Hadlarah secara bahasa adalah lawan dari kata al-Badiah. Secara istilah berarti suatu prestasi akumulatif suatu kaum baik berupa materi, keilmuan, seni, sosial, dan lain-lain.
baca juga: Agama itu Untuk Orang Berakal
3 Komponen Utama
Kemudian dari 3 komponen diatas dapat ditinjau surat Al-A’raf ayat 96 yang berbunyi: “Walau anna ahlal qura amanu wa ittaqau la fatahna ‘alaihim barokatin min as-sama’i wa al-ardh, wa lakin kadzdzabuu fa akhadnahum bima kanu yakdzibun”. (Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan).
Menurut Umair Fahmiddin, disini Allah menerangkan bahwa jika suatu kaum beriman, maka Allah akan lapangkan rizki dari langit dan bumi. Akan tetapi kalau yang terjadi adalah sebaliknya maka Allah akan memberikan azab. Jika ditinjau dalam kitab tafsir seperti Mafatihul Ghoib, Ar-Razi menyebutkan bahwa ada korelasi ayat ini dengan ayat sebelumnya yang berbicara tantang kaum pembangkang yang tidak taat dan melakukan maksiat. Pada ayat berikutnya, Allah memberikan suatu padanan yang lain bahwa kalau saja umat melakukan kebaikan maka tentu balasannya adalah kebaikan.
“Maka, kata kuncinya ada pada amanu (beriman) dan barokatun minas sama’ (berkah dari langit). Kemudian kita lihat ayat lain. Ada suatu peradaban yang dicita-citakan oleh umat Islam. “Kuntum khoiro ummatin ukhrijat li an-naas, ta’muruuna bi al-ma’ruf wa tanhauna ‘an al-munkar wa tu’minuuna billah” (kalian adalah umat terbaik yang ada di tengah-tengah manusia, yang menyeru kepada kebaikan, mencegah kemunkaran, dan beriman kepada Allah). Maka tujuan dari peradaban adalah khoiro ummah. Menjadi terbaik bagi sesamanya, bagi seluruh manusia”, ujarnya.
Kisah Peradaban yang Telah Lampau
Ketua PCIM Mesir ini mengajak peserta pengajian untuk meninjau peradaban-peradaban sebelumnya yang ada dalam Alquran dari Kaum Nuh, Luth, ‘Ad, dan lain-lain. Mereka adalah kaum yang sangat modern pada zamannya, yang pada akhirnya, karena mereka menegaskan akhlak, peradaban itu runtuh. Maka modernisasi itu tidak cukup. Seperti halnya kaum Tsamud, yang hidup di Petra, Yordania. Mereka mampu membangun sebuah bangunan yang berada di gunung. Bahkan orang modern sekarang masih berfikir bagaimana orang dulu bisa membuat bangunan semegah itu.
Termasuk Firaun di Mesir, seorang raja yang mengaku sebagai Tuhan. Alquran menceritakan bahwa dia ingin melihat Tuhan Musa. Tapi akhirnya naas akibat kesombongannya sendiri.
Peradaban Akhlak
Umair Fahmiddin mengatakan:
Cikal bakal peradaban adalah akhlak. Jadi tidak langsung berbentuk peradaban tapi bermula dari akhlak. Dalam Alquran disebutkan bahwa nabi Ibrahim adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya. Dia selalu berupaya untuk memurnikan keimanan kepada Allah. Maka, ia mampu membangun peradaban tauhid. Nabi Muhammad, jauh sebelum diutus menjadi Nabi, diberi gelar al-amin, (orang yang dapat dipercaya). Allah berfirman: “wa innaka la’ala khuluqin adziim” (Sungguh engkau memiliki akhlak yang mulia).
Jadi, menurut Umair, ada 2 jenis peradaban. Peradaban yang tidak bagus akan dikacaukan karena menegasikan keimanan dan akhlak. Peradaban yang bagus dimulai dengan iman dan akhlak sebagaimana dicontohkan oleh peradaban yang dibentuk oleh Ibrahim & Muhammad. Muhammad memulai dakwahnya di rumah sahabat bernama Arqom, yang kemudian dakwah ini dikenal dengan Darul Arqom karena dilakukan di rumah Arqom.
baca juga: Agus Samsuddin: 2 Cara Melawan Corona
Dari Darul Arqom ini Nabi membina para sahabat. Di sana terjadi sebuah pergerakan dakwah secara rahasia, yang diikuti oleh pencapaian-pencapaian tertentu yang sangat cepat. Maka tidak heran jika wahyu yang pertama turun adalah iqra‘. Wahyu yang menjadi cikal bakal peradaban Islam yang penuh dengan ilmu dan iman. Ilmu karna ada perintah untuk membaca, dan iman karena itu berasal dari Allah.
Menurut Umair, karena akhlak, ilmu, dan iman, Islam mencapai perkembangan yang luar biasa sampai akhirnya terjadi peristiwa hijrah, menyatukan Aus & Khazraj, fathul Makkah, dan lain-lain.
Reporter: Yusuf R Yanuri