Berbicara mengenai “tabiat waktu” mengingatkan kita kepada ungkapan Malik bin nabi dalam bukunya Syuruth An-Nahdhah (Syarat-syarat Kebangkitan) saat ia memulai uraiannya dengan mengutip satu ungkapan yang di nilai oleh sebagian ulama sebagai hadits Nabi Saw: “Tidak terbit fajar suatu hari , kecuali dia berseru”.
Putra-putri Adam, aku waktu, aku ciptaan baru, yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi sampai hari Kiamat. ” Kemudian , tulis Malik Bin Nabi lebih lanjut: “Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala, melintasi pulau, kota , dan desa, membangkitkan semangat atau meminabobokan manusia“.
Hakikat Waktu
Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu selain Tuhan tidak akan mampu melepaskan diri darinya.
Sedemikian besar peranan waktu, sehingga Allah SWT berkali kali bersumpah dengan menggunakan berbagai kata yang menunjuk waktu-waktu tertentu seperti wa Al-Lail (Demi malam) , Wa an-Bahar ( Demi siang ) , wa As-Subhi , wa Al-Fajar dan lain-lain .
Baca Juga: Hikmah dan Resep Mengisi Waktu Ketika “di Rumah Aja”
Para ahli tafsir berpendapat bahwa jika Allah bersumpah dengan suatu hal, maka itu menandakan betapa penting hal tersebut. Dan berarti bahwa Allah sedang mengarahkan perhatian umat Islam terhadapnya. Allah berfirman, ” Demi malam apabila menutupi (cahaya siangan) , demi siang apabila terang benderang”. (QS. Al-Lail {92} : 1-2)
Apa yang dimaksud degan waktu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia paling tidak terdapat empat arti kata ” Waktu ” : 1. seluruh rangkaian saat , yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan datang ; 2. Saat tertentu untuk menyelesaikan sesuatu; 3. Kesempatan, tempo, atau peluang; 4. Ketika, atau saat terjadinya sesuatu.
Waktu Sebagai Aset Paling Berharga
Ketika waktu adalah sesuatu yang tidak bisa kembali dan tidak bisa tergantikan, maka waktu adalah aset yang paling mahal bagi manusia. Dan mahalnya nilai sebuah waktu lantaran ia adalah wadah bagi setiap amal dan produktivitas.
Waktu adalah modal utama bagi individu ataupun masyarakat. Iman Hasan Basri pernah berkata, “Saya melihat ada segolongan manusia yang memberikan perhatian kepada waktu lebih dari pada perhatian kalian terhadap dirham dan Dinar”.
Sebagai muslim kita di tuntut untuk mengisi waktu dengan penuh kesadaran dan keterarahan. Waktu tidak di lewati dengan kesia-siaan. Dan begitulah seharusnya sifat seorang muslim. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
****
“Di antara baiknya keislaman seorang adalah ketika ia meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya”. (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah) para ulama juga berkata , ” Diantara tanda datangnya kemurkaan adalah sikap menyia-nyiakan waktu”.
Baca Juga: Sukses di Waktu Ashar
Seorang muslim dituntut mengisi waktu-waktunya dengan amal yang bermanfaat baik amal yang bersifat duniawi maupun ukhwaru. Amal yang bersifat duniawi pun bisa menjadi ibadah bahkan jihad jika memang diniatkan ikhhkas karena Allah dan dilakukan sesuai dengan ajaran Islam.
Bila ada waktu luang, setiap muslim dituntut untuk mengisinya dengan amal kebaikan. Karena waktu luang merupakan nikmat yang sering dilupakan dan tidak disadarj oleh kebanyakan manusia. Marilah kita menghayati sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ” Dua nikmat di mana banyak manusia yang tertipu, yaitu nikmat kesehatan dan waktu luang.” (HR Bukhari).
Editor: Dartim I.R.