Syeikh Yusuf al-Makassari atau yang juga dikenal dengan sebutan Asy-Syaikh al-Hajj Yusuf Abu Mahasin Hadiyatullah Tah al-Khalwati Al Makassari. Sedangkan jika di kotanya ia dikenal juga dengan sebutan Tuannya Salamaka ri Gowa (guru kami yang agung dari Gowa).
Beliau lahir di Gowa Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1627 masehi atau 8 Syawal 1036 Hijriyah. Lahir dari seorang putri Gallarang Moncongloe di bawah penguasaan raja di Talo wilayah kerajaan Gowa.
Perjuangan Melawan Kolonialisme
Syeikh Yusuf diketahui sebagai salah satu pejuang yang berkontribusi dalam upaya kemerdekaan Indonesia dari bangsa Belanda. Beliau tidak hanya terkenal di daerah kelahirannya saja, Gowa Makassar. Namun, di Banten beliau juga sangat dikenal luas oleh masyarakat sehingga diakhir namanya pun dinisbatkan julukan “al-Bantani”. Karena peran aktif beliau di Banten.
Beliau pindah dari Gowa ke Banten agar terhindar dari ajakan kerjasama Belanda yang saat itu telah menduduki kota Gowa, Makassar. Bersama Sultan Ageng Tirtayasa, beliau berjuang melawan penjajahan yang ada di Banten yang saat itu tengah berada dalam kecamuk perang. Peperangan antara Sultan Haji (anak dari Sultan Ageng) yang telah bekerja sama dengan Belanda dan menurunkan ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa dari statusnya sebagai raja.
Karena rasa tidak suka masyarakat Banten yang besar kepada Belanda. Para pejuang dari Banten berada di pihak Syekh Yusuf dan Sultan Agung untuk melawan para penjajah Belanda tersebut. Pihak Belanda terus melakukan berbagai cara dan tipu muslihat untuk mengalahkan pasukan Syekh Yusuf dan Sultan Agung. Dengan menggunakan anak dari Sultan Agung, Sultan Haji yang bersekutu dengan mereka. Karena tipuan itu, Sultan Agung tertangkap dan dimasukkan ke penjara di Jakarta. Hal ini terjadi pada tahun 1683 dan menjadi alasan berakhirnya perang di Banten.
Namun hal itu tidak menghentikan Syekh Yusuf untuk terus berjuang melawan Belanda. Beliau bersama 5000 muridnya terus melakukan perlawanan dengan bergerilya. Aksi beliau ini sempat membuat Belanda kewalahan menemukan jejaknya, hingga akhirnya pada 14 Desember 1683 beliau menyerahkan diri kepada Belanda. Karena bujukan Belanda yang berjanji akan melepaskan putrinya jika diam mau menyerahkan dirinya.
Beliau akhirnya diasingkan ke Sri Lanka lalu akhirnya dipindahkan ke Afrika Selatan karena di Sri Lanka beliau memiliki banyak pengikut yang membuat Belanda tidak suka. Beliau berada di Afrika Selatan hingga beliau wafat di usia 73 tahun.
Pengaruh Ajaran Syekh Yusuf Al-Makassari
Syekh Yusuf Makassari adalah seorang ulama yang mengajarkan tiga ajaran tarekat yang terkenal hingga saat ini. Ajaran-ajaran tersebut antara lain tarekat Syattariyah yang banyak berkembang di Afrika Selatan, tarekat Naqsabandiyah yang berkembang di Banten dan taekat Khalwatiyah di Sulawesi Selatan. Namun, di ketahui ajaran yang paling di fokuskan penyebarannya oleh beliau adalah ajaran tarekat Khalwatiyah.
Tarekat Khalwatiyah ini berasal dari bahasa Arab “khalwat” yang artinya menyendiri dari keramaian seperti yang di lakukan oleh Nabi Muhammad saat beliau menerima wahyu di Gua Hira’. Tarekat yang di kembangkan oleh Syekh Yusuf ini di katakan memiliki visi yang mulia yakni untuk menyebarluaskan ajaran Islam dan membina umatnya secara menyeluruh yang sesuai dengan tuntutan agama Islam.
Adapun misi dari tarekat ini adalah untuk menjalin hubungan persahabatan dengan mengutamakan sikap tasamuh, tawasuth, tawazun, ta’awun, dan tawadhu’. Dengan demikian, dI simpulkan bahwa ajaran tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Makassari ini adalah ajaran neo-sufisme yang lebih mendalami ajaran tasawuf amali dan akhlaki.
Hingga saat ini ajaran tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf Makassari terus mengalami perkembangan yang pesat di masyarakat. Dengan bantuan organisasi-organisasi masyarakat yang tetap ada untuk mewadahi ajaran tarekat ini. Meskipun sebelumnya pernah ada konflik terkait ajaran tarekat Khalwatiyah ini, hingga akhirnya ulama-ulama setuju untuk melabeli tarekat Khalwatiyyah ini adalah tarekat yang Mu’tabarah.
Relevansi Ajaran Syekh Yusuf Al-Makassari di Era Modern
Ajaran tarekat Khalwatiyah yang di kembangkan oleh Syekh Yusuf Makassari di ketahui masih berkembang pesat hingga di zaman modern saat ini. Pengaruhnya yang kuat terhadap para pengikutnya dengan menuntut pengikutnya untuk patuh pada tarekat dan disiplin dalam melaksanakan amalan yang telah di ajarkan oleh tarekat.
Kepatuhan inilah yang membuat eksistensi ajaran tarekat Khalwatiyah terus ada hingga saat ini. Jika di lihat dari tujuan yang ingin di capai oleh tarekat ini, yakni selain untuk membawa pengikutnya pada jalan makrifat dan hakikat serta mengembalikan jiwa dan etika manusia melalui pengetahuan dan kebenaran hakiki untuk menjadi insan kamil. Tarekat ini juga mengajarkan kepada para pengikutnya bahwa ajaran tasawuf itu adalah ajaran yang dinamis dan tidak statis. Ajaran tasawuf bisa meliputi banyak hal.
Karena Syeikh Yusuf adalah seorang sufi, bukan berarti beliau harus berdiam diri untuk beribadah saja. Namun di sini beliau mencontohkan bahwa seorang sufi pun juga bisa menjadi seorang pejuang seperti yang beliau lakukan. Beliau seorang sufi, namun beliau juga tetap melakukan banyak pergerakan untuk melawan penjajahan. Syeikh Yusuf membuktikan, bahwa seorang sufi adalah orang yang pekerja keras dan memiliki watak seorang pejuang yang selalu ingin melakukan pergerakan.
Penulis : Yusriyyatur Rohmah (Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya)