Generasi sandwich dapat diartikan sebagai individu yang harus menanggung kehidupannya sendiri, bisa juga disebut sebagai tulang punggung keluarga. Simbol sandwich ini memiliki arti yakni, roti yang melambangkan seseorang, sedangkan isian dari roti melambangkan beban-beban yang di tanggung. Oleh karena itu, jika ada seorang remaja yang menanggung kehidupannya sendiri, bahkan mengurus kedua orang tua dan anak-anaknya, mereka bisa di sebut sebagai generasi sandwich.
Bisa kita ketahui, banyak anak-anak sekarang yang merelakan masa depannya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Yang seharusnya waktu paginya bisa ia buat untuk sekolah dan siangnya di pergunakan untuk belajar. Akan tetapi, itu tidak bisa terjadi pada anak yang menjadi sandwich, karena dia harus bekerja dari pagi hingga malam agar bisa memenuhi kebutuhan keluarganya.
Seiring berjalannnya waktu, fenomena kriminal marak terjadi terutama pada generasi sandwich. Kelompok individu yang harus merasakan beban dari dua arah pada generasi berbeda. Individu ini terjebak antara tanggung jawab menggurus kedua orang tua yang usianya tidak muda lagi dan tuntutan karir yang harus ia capai.
Artikel ini akan membahas tentang dinamika kriminal yang terjadi pada era generasi sandwich dan bagaimana cara mengatasi agar tindakan kriminal dapat berkurang dari waktu ke waktu. Disini penulis hanya memberikan opini mengenai kriminal yang terjadi di era generasi sandwich.
Dalam menjalankan peran gandanya sebagai pengasuh dan pekerja yang produktif, generasi ini sering terjebak dalam tekanan yang dapat mengakibatkan stress tinggi hingga memicu timbulnya tindakan kriminal, seperti, penipuan, penggandaan uang, pembunuhan, dan lain-lain.
Faktor Pemicu Terjadinya Tindakan Kriminal Generasi Sandwich
Dalam tindakan kriminal tentunya ada faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut, diantaranya; yang pertama, adanya tekanan ganda, individu ini mungkin akan mengalami tekanan stres tingkat tinggi, karena menanggung dua beban yang bersamaan. Hal ini dapat menimbulkan tindakan kriminal dan masalah kesehatan mental. Pada usia tersebut, generasi ini seharusnya bisa bermain-main dengan temannya dan mengerjakan tugas sekolah, akan tetapi generasi ini harus sudah memikul beban untuk turut merawat kedua orang tuanya yang lanjut usia dan karir yang harus ia capai.
Kedua, ketidakstabilan uang. Kurangnya finansial dapat membuat seseorang terdorong dalam tindakan yang serba instan. Bukan karena tidak mau bekerja, akan tetapi banyak kebutuhan yang harus ia penuhi dan untuk mencari pekerjaan pun tidak bisa dengan mudah didapatkan. Dan pada permasalah ini ia akan mencari jalan pintas melalui perbuatan yang legal. Seperti pemalsuan berkas-berkas penting, penipuan, dan penggelapan barang. Ketiga, kurangnya support system. Pada generasi ini perlu adanya dukungan sosial atau support system agar generasi ini tidak merasakan kesendiriannya. Jika ada interaksi antarsesama, kecil kemungkinan ia akan mengalami frustasi akibat isolasi.
Tantangan Bagi Penegak Hukum
Tindakan kriminal yang terjadi pada generasi sandwich bukan hanya masalah hukum saja, akan tetapi psikolog atau jiwa mereka juga akan terganggu dan menimbulkan dampak sosial yang serius. Stigma dan tekanan dari konsekuensi hukum dapat memperburuk keadaan sosial dan mental. Selain itu, meningkatnya tingkat kriminalitas juga dapat merusak solidaritas dan kepercayaan dalam masyarakat.
Para penegak hukum akan di hadapkan dengan tantangan kompleks dalam menanggapi masalah kriminalitas pada generasi sandwich. Strategi penegak hukum dalam penanganan kriminal generasi sandwich ini memerlukan strategi yang efektif yang memerlukan pemahaman lebih mendalam tentang beban yang di tanggung generasi ini. Cara penanganan ini memerlukan cara yang khusus bagi generasi ini dan di lakukan secara holistik untuk pencegahan agar tindakan kriminal tidak terulang lagi.
Langkah Pencegahan Kriminalitas Generasai Sandwich
Pencegahan dan pemecahan masalah ini sangat berpengaruh bagi generasi sandwich agar tidak terjerumus ke dalam kasus yang berkaitan dengan hukum. Yang pertama, perlu adanya program dukungan mental. Program ini mendorong para generasi sandwich untuk memperoleh kesejahteraan sosial. Program ini khusus bagi generasi sandwich yang kurang mendapatkan interaksi dari kelompok lain.
Kedua, adanya kolaborasi Lembaga. Dengan membangun kolaborasi lembaga pemerintah dan membangun kemitraan, sektor swasta, dan adanya lapangan pekerjaan baru, nantinya akan memberikan solusi yang holistik bagi para generasi sandwich yang pengangguran. Bukan hanya generasi ini saja, melainkan semua orang yang pengangguran akan memperoleh pekerjaan dengan pengadaan kolaborasi antar lembaga pemerintah ini.
Yang terakhir, pendidikan dan kesadaran. Memberikan pendidikan mengenai informasi tentang risiko kriminalitas akan menuai kesadaran bagi generasi sandwich dan memberdayakan generasi ini untuk mengelola tekanan yang lebih efektif.
Kesimpulan dari artikel ini ialah, kriminalitas di era generasi sandwich ini merupakan isu yang tidak bisa kita abaikan. Perlunya pemahaman yang mendalam tentang faktor pemicu dan dampak sosial yang diperlukan untuk merancang solusi yang efektif. Dengan adanya kolaborasi dan upaya bersama, baik masyarakat dan pemerintah bisa menaungi dan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk generasi sandwich agar bisa mengelola beban mereka tanpa harus terjerumus ke dalam tindakan kriminal.
Penulis: Habibatus Salamah Sholichuddin (Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya)