Bulan Ramadhan sudah hadir di tengah-tengah kita. Artinya, umat Muslim di seluruh dunia sedang menjalankan Ibadah puasa Ramadhan. Euforia Ramadhan selalu sangat terasa oleh masyarakat. Terlebih di negara-negara dengan penduduk Muslim terbanyak. Berbagai ritual tahunan Ramadhan selalu dilaksanakan dengan penuh antusiasme.
Mulai dari ibadah tarawih, bangun dan membangunkan orang-orang sahur dengan bunyi-bunyian, berburu takjil menjelang berbuka. Kemudian agenda buka bersama, hingga tayangan-tayangan televisi yang mendadak bernuansakan Islami. Pemandangan anak-anak mengaji di TPQ-pun tidak tertinggal. Bahkan antusiasme anak-anak mengikuti TPQ meningkat tajam saat Ramadhan.
Barangkali karena ramai teman dan dapat nasi rames secara gratis. Apalagi jika lauknya adalah ayam, maka bertambahlah kebahagiaan anak-anak. Ramadhan pula merupakan momentum terjadinya transformasi pada diri manusia. Dari buruk menjadi baik, dan dari baik menjadi sangat baik.
Tidak ketinggalan, terdapat pula malam Lailatul Qadar pada bulan Ramadhan sebagai malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Ibadah di malam tersebut maka sama seperti beribadah 1000 tahun lamanya. Ya, itulah istimewanya bulan Ramadhan. Bulan yang sangat dirindukan kedatangannya.
Ramadhan Di Rumah Saja
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang didalamnya terdapat sejuta keberkahan. Bulan Ramadhan dianggap sebagai oase bagi fisik di saat tubuh butuh diistirahatkan dari aktifitas pencernaan. Dan juga oase bagi jiwa tatkala sejuta rahmat dan pengampunan Allah hadir hingga kita akan kembali kepada fitrah di hari yang fitri. Jadi tidak heran jika bulan Ramadhan adalah bulan istimewa yang paling ditunggu-tunggu oleh ummat Muslim seluruh dunia bahkan mungkin oleh kalangan non Muslim.
Namun, ada yang berbeda di Ramahan kali ini. Tidak seperti Ramadhan-ramadhan tahun sebelumnya yang sangat terasa euforianya. Kali ini kita berada dalam situasi lain. Sebab dunia sedang tidak baik-baik saja, maka situasi Ramadhan tahun inipun demikian. Tidak baik-baik saja seperti sebelumnya. Saat ini kita sedang dihadapkan pada wabah mematikan, Covid-19 namanya.
Baca Juga: Ramadhan: Tempat Jiwa Kembali Pulang
Sebagai pandemi, maka negara Indonesiapun turut mengalaminya. Ya, tahun ini ummat Muslim akan menjalankan Ramadhan di tengah pandemi. Tidak ada ibadah tarawih di masjid, tidak ada kegiatan TPQ, tidak ada buka bersama teman-teman di resto pilihan. Bahkan mungkin nanti pada saatnya tidak ada sholat Idul Fitri. Mengetahui kemungkinan-kemungkinan tersebut, bukankah amat disesalkan oleh kita?
Ramadhan di Tengah Wabah
Seperti yang kita tahu saat ini, dunia sedang dilanda wabah penyakit, tidak terkecuali Indonesiapun tengah mengalaminya. Ramadhan tahun ini umat Islam dihadapkan pada berbagai ujian. Bukan saja tentang menahan lapar dan haus, namun juga perjuangan melawan Virus Corona. Ditambah lagi dengan pandemi ini yang turut berdampak pada berbagai sendi kehidupan bernegara. Ekonomi, kesehatan, sosial dan lain-lain.
Sejak tersiar pertama kali di Kota Wuhan, China, Virus Corona kian menyebar dari waktu ke waktu di berbagai negara. Penyebarannya amat pesat dan sulit untuk dihindari. Apalagi jika negara tidak segera melakukan tindakan preventif. Karenanya beberapa negara di dunia ini memutuskan langkah lockdown. Artinya masyarakat wajib di rumah saja, termasuk menjalani ibadah Ramadhan demi memutus mata rantai penularan Virus Corona.
Namun terlepas dari berbagai kerugian yang kita terima atas pandemi global ini, maka satu hal yang perlu kita yakini adalah bahwa selalu ada pelajaran berharga di setiap kejadian, termasuk di balik pandemi global ini. Karena badai pastilah berlalu. Jika selama ini kita terlalu terfokus pada kerugian-kerugian atas pandemi ini, baik yang menimpa diri kita sendiri maupun negara. Maka bagaimana jika mulai saat ini kita ubah mindset otak kita.
****
Bahwa di balik pandemi Covid-19 akan selalu ada hal baik yang kita terima. Barangkali inilah cara Allah memberi banyak hikmah yang tak pernah didapat sebelumnya kepada umat manusia. Atau kita anggap bahwa ini adalah sebuah peringatan kepada penduduk bumi. Agar segera melakukan perbaikan dan tidak terus-menerus berbuat kerusakan, baik kepada diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Jadi tidak heran jika di sosial media tersebar kata-kata yang kurang lebih begini “Bagaimana jika sebenarnya manusia adalah virusnya, sedangkan Virus Corona adalah obatnya”. Maka, menjalani Ramadhan di tengah pandemi adalah sesuatu hal yang mau tidak mau harus kita laksanakan dan selesaikan.
Berpahala di Rumah Saja
Menyikapi Ramadhan di tengah pandemi ini, maka haruslah dibarengi dengan berbagai persiapan. Sebagaimana kita akan pergi ke suatu tempat yang baru, maka sama halnya pula dengan menjalankan ibadah Ramadhan di tahun inipun perlu persiapan. Sebab pola hidup kita selama Ramadhan akan berubah.
Baca Juga: Pandemik Mengembalikan Khittah “Sekolah Kehidupan”
Ramadhan tahun ini kita tidak bisa berburu pahala di luar rumah dengan majelis ilmu dan amal sholih lainnya. Melainkan ladang pahala Ramadhan kita tahun ini adalah dengan di rumah saja. Yakni dengan menjalankan segala aktifitas ibadah di rumah saja demi memutus mata rantai penyebaran Virus Corona. Namun kendati demikian, tidak berarti menyebabkan berkurangmya jatah pahala kita di bulan Ramadhan ini.
Sebab syari’at Islampun memerintahkan demikian, yakni mencegah terjadinya keburukan adalah lebih utama Di rumah saja adalah tagline yang saat ini menggema di mana-mana, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Para pejabat publik tidak ketinggalan pula para influencer turut menggaungkan tagline tersebut.
Hingga seantero jagat mayapun menjadikan tagline di rumah saja sebagai tambahan hashtag dalam setiap cuitannya di sosial media. Maka di rumah saja adalah pilihan terbaik saat wabah Covid-19 ini belum berakhir.
Ramadhan Adalah Bulan Muhasabah
Tentang pandemi global ini, bukan saja soal melakukan tindakan preventif, namun juga menyikapinya sebagai media muhasabah diri. Jika Virus Corona tidak hadir ditengah-tengah kita saat ini. Mungkin entah sampai kapan kita akan sempatkan diri ini untuk bermuhasabah. Dengan kata lain, salah satu hikmah terbesar yang dapat kita ambil atas fenomena ini adalah, bahwa pandemi Covid-19 adalah jalan spiritualitas yang Allah hadirkan kepada hamba-hamba-Nya.
Baca Juga: Dilema Mahasiswa: Di Rantau Merana, Pulangpun Merana
Selama ini mungkin kita terlalu abai dengan nilai spiritualitas yang kita miliki. Sebelum datang Covid-19, mungkin kita terlalu sibuk dengan kesenangan-kesenangan yang sebetulnya semu. Terlalu bebas memilih jalan kesenangan demi menuruti nafsu semata. Kita lupa bahwa ada raga dan jiwa yang harus diberikan haknya. Maka dengan beribadah Ramadhan di rumah saja adalah jalan bagi kita untuk mencapai tazkiyatun nafs.
Dengan demikian, Ramadhan di tengah pandemi memiliki nilai pahala yang luar biasa. Sebab selain sebagai wahana pembersihan jiwa, kita juga tengah berjuang melawan wabah penyakit. Maka marilah kita bersungguh-sungguh dalam menjalani ibadah Ramadhan dengan melakukan amal sholih sebanyak-banyaknya.
Serta tampilkan cara-cara terbaik kita dalam menghadapi Ramadhan di tengah pandemi ini. Semoga kita senantiasa diberikan kesehatan agar mampu menyelesaikan ibadah Ramadhan dengan cemerlang.
Penulis merupakan Aktivis PD Ikatan Pelajar Muhammadiyah Banyumas