Mungkin di antara kita pernah mendengar orang lain mengatakan, “Jangan ditahan, menangislah jika kamu membutuhkan!”. Sebuah ucapan yang menampilkan citra positif dari menangis. Ya, sebab “menangis” merupakan salah satu ungkapan perasaan. Mungkin dengan menangis semua terasa lebih baik. Dengan menangis, perasaan seseorang mungkin menjadi lebih tenang. Dengan menangis, barangkali mampu menciptakan jalan pintas agar jiwa menjadi lebih terbuka. Dan dengan menangis, suasana menjadi lebih dingin.
Meskipun memiliki sisi positif untuk diri sendiri, namun menangis masih dipandang negatif oleh kebanyakan orang. Menangis dianggap simbol dari kelemahan dan perangai khusus yang dimiliki oleh salah satu gender, yaitu perempuan. Padahal memandang satu sisi saja tidak cukup, menilai dengan satu kacamata pun tidak leluasa, menghakimi diri sendiri sebab terlihat lemah ketika menangis itu salah kaprah.
Untuk itu, memberi citra positif pada aktivitas menangis adalah suatu hal yang diperlukan. Sebab semua orang punya alasan tersendiri untuk melebur dengan tangisan. Semua orang boleh meluapkan eskpresi tanpa diberi embel-embel lemah.
Menangis Bukan Kelemahan, Melainkan Puncak Emosi
Tidak sepenuhnya menangis berbau kelemahan. Sebab menangis di sini menjadi puncak emosi dari berbagai rasa, baik dari kekhawatiran, kegembiraan, ketakutan, dan lain sebagainya. Selagi tidak merugikan orang lain, tak apa untuk menangis jika dengan itu membuat hati lebih puas. Selain itu juga seringkali tangisan juga dikatakan sebagai obat.
Jika melirik dari kitab Majma’ Al-Bayan Fii Tafsir al-Qur’an karya Al-Syaikh al-Tabari, menangis diartikan sebagai (al-buka) yakni suatu kondisi kemurungan hati yang lahir atau tampak dari kedukaan di wajah yang disertai dengan deraian air mata di atas pipi. Sekalipun hanya air yang menetes di atas pipi, namun bukan segalanya tiada arti. Justru dengan menangis, cucuran air mata adalah sinyal ungkapan emosi. Tidak hanya diungkapkan dengan air yang menetes di pipi, melainkan juga dengan menampakkan kelesuan wajah.
Namun demikian, jangan salah menilai dalam hal menangis. Menangis memberikan banyak isyarat. Bukan hanya soal kesedihan, kekecewaan, dan duka, namun juga kasih sayang, kerinduan, kekaguman, dan bahkan menangis karena dosa.
Menangis Itu Baik Untuk Kesehatan
Kemudian dari kajian kesehatan pun hadir untuk mendukung citra positif dari menangis, bahwa air mata mengandung lisosim yang berfungsi sebagai pelindung tubuh dari kuman. Lisosim merupakan zat desinfektan yang lebih keras daripada zat-zat kimia yang mana digunakan untuk mendesinfeksi seluruh tubuh. Selain itu juga lisosim mempu melindungi mata dari gangguan mikroba.
Salah satu Profesor Psikologi dari University of South Florida mempertegas pandangan tentang menangis, bahwa menangis merupakan sinyal. Sinyal ini berfungsi untuk mewakili isi hati dalam keadaan yang memerlukan keterbukaan. Sebab menangis menjadi bukti seseorang mampu merespon perasaan serta keadaan sekitar. Menangis juga mewakili bahasa lainnya, contohnya ketika melihat orang lain menghadapi kesusahan dalam hidup.
Lebih jauh dalam kesehatan mental juga dijelaskan, bahwa menangis dapat mengurangi ketegangan syaraf seseorang sehingga ia merasa lebih baik setelah menangis. Ketegangan syaraf di sini dapat disebabkan karena suatu permasalahan yang sedang dialami pada saat itu. Meskipun semua orang meyakini apa yang menjadi masalah dalam hidup pasti ada jalan keluarnya, namun tetap saja terkadang seseorang membutuhkan tetesan air mata untuk mengungkapkan isi hati.
Menangis Menjadi Parameter Keimanan Seseorang
Mengingat kembali hadits riwayat at-Tirmidzi “Takutlah engkau akan doa (termasuk air mata) orang-orang yang didzalimi, sesungguhnya tiada lagi jarak pemisah antara Allah SWT dengan orang tersebut”. Dari perkataan Rasulullah SAW, bahwa ada pesan yang tersirat sebagai manusia seharusnya selalu berhati-hati dalam perkataan. Sebab jika perkataan seseorang membuat orang lain menangis, maka sesungguhnya itu adalah sebuah bentuk kedzaliman.
Dengan menangis dan memohon kepada Allah sebagaimana hadits di atas, maka tidak ada jarak antara Allah dan orang yang berdoa. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa tetesan air mata adalah “bahasa sehari-hari” dalam berdoa. Manusia akan lebih puas berinteraksi dengan Allah SWT dengan menangis. Sebab menangis dapat menjadi tanda kesungguhan bagi setiap hamba. Kesungguhan memohon ampunan, kesungguhan berpasrah diri, dan kesungguhan atas segala pengharapan.
Dari sini lebih jauh menjelaskan jika menangis memiliki citra positif, yaitu menjadi salah satu parameter keimanan seseorang. Hal ini pun telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an dan hadits bahwa dibalik tangisan ada keistimewaan yang tersimpan. Yakni sebaik-baiknya tangisan adalah tetesan air mata yang takut kepada Allah SWT atau yang biasa disebut sebagai air mata keimanan.
Ibnu Qoyyim membagi tangisan dalam beberapa macam, diantaranya; tangis karena kasih sayang, tangis karena cinta dan rindu, tangis karena munafik,dan tangis karena mendengar kabar musibah, atau duka. Oleh karena itu, tangisan tidak hanya didefinisikan sebagai hal yang remeh, cengeng, dan sepele. Ada banyak arti tangisan yang kadang tidak kita mengerti hanya dengan satu sudut pandang yang sempit.
Menangis Yang Berkelas dan Elegan
Satu hal yang perlu kita ingat, menangis bukan melulu simbol dari kelemahan. Terkadang ada alasan tersendiri untuk mewakili suatu perasaan. Namun demikian, bukan berarti setiap saat kita merespon segala emosi dengan tangisan. Karena tetap saja sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Untuk itu, kurangi menangisi sesuatu yang sebenarnya tidak diperlukan. Tidak hanya berpenampilan, untuk menampilkan citra positif, menangis juga harus dengan cara dan sebab yang berkelas serta elegan.
Tidak perlu berlebihan menangisi hal-hal yang berbau keduniawian. Gagal seleksi kerja, tidak lolos beasiswa, dan putus cinta adalah hal-hal yang tidak perlu kita beri effort menangis terlalu banyak. Cukup bersedih 1 atau 2 jam, kemudian segera siapkan langkah selanjutnya dan mulai berjalan. Adapun hal-hal yang memang harus kita tangisi adalah seperti menangisi dosa atau menangisi kepergian keluarga terdekat, ya itu pun dengan cara yang berkelas, tidak meraung-raung.
Sekali lagi, saatnya kita memberi citra positif pada seseorang yang menangis. Sebab, menangis bukan sepenuhya tanda kelemahan atau sifat khusus dari perempuan. Menangis adalah tanda seseorang memiliki perasaan. Dan kita tentu sepakat jika laki-laki juga memliki perasaan. Maka siapapun kamu, dari mana kamu berasal, apa jenis gendermu, tak apa sesekali menangis untuk menunjukkan perasaan.
Editor: Anisa Kurniarahman