Kultum Saya buka dengan mengambil ayat pada surah Abasa ayat 33-42 yang akan menjadi awal pembahasan kultum pada kesempatan hari ini. Namun adapaun tema kultum adalah seputar Interaksi dengan Al-Qur’an dan adapun ayat diatas artinya adalah,
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri. tertawa dan gembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.”
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Swt
Ayat di atas memberikan gambaran terkait kondisi semua manusia di akhirat kelak. Setiap manusia ketika ditiupkan sangkakal kedua, yang berarti bangkitnya seluruh kehidupan yang pernah mati dan bangkit lagi. Setelah pengumpulan kita kelak di padang mahsyar ini akan terjadi beberapa peristiwa. Salah satunya adalah berpisahnya kita dengan anggota keluarga, di antaranya yang disebutkan di ayat di atas adalah:
يَوْمَيَفِرُّالْمَرْءُمِنْأَخِيهِ
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya”,
وَأُمِّهِوَأَبِيهِ
“Ibu dan bapaknya”,
وَصَاحِبَتِهِوَبَنِيهِ
“Istri dan anak-anaknya”.
Kenapa pada hari itu manusia saling berlarian dan berpisah dengan keluarga, bapak, ibu, istri dan anak-anaknya? Karena pada hari itu semua manusia berlarian mengurusi dirinya sendiri dengan urusanya masing masing sebagaimana yang diterangkan di ayat selanjutnya: Artinya, “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.”
Hadirin Jamaah yang dirahmati oleh Allah Swt
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, menerangkan terkait ayat tersebut, bahwa begitu penting dan gentingnya urusan kita masing-masing di akhirat, sehingga kita tidak lagi bisa memperdulikan urusan orang lain, sampai mengurusi urusan orang yang paling kita cintaipun sudah tidak bisa lagi. Namun di tengah kegentingan dan dan katakutan tersebut, dilanjutkan di ayat berikutnya ternyata di akhirat kelak akan ada 2 golongan, yaitu :
Pertama, golongan orang yang bermuka berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Sebagaimana di ayat selanjutnya dinyatakan, yakni di ayat 38 dan 39 yang artinya “Banyak muka pada hari itu berseri-seri. tertawa dan gembira ria,”
Baca Juga: Khutbah Jumat: Pancasila sebagai Kalimah Sawa’
Kedua, golongan orang yang tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan, sebagaimana dinyatakan di ayat 40 dan 41, Allah Swt memberikan keterangan, “Dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan”.
Untuk golongan yang kedua Allah swt memberikan penjelasan dengan terang siapa sebenarnya golongan yang tertutup debu dan penuh dengan kegelapan tersebut, Golongan tersebut adalah para orang kafir ahli maksiat dan orang orang durhaka. Seperti penjelasan-Nya: “Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka”.
Hadirin dan Para Jamaah Rahimanii wa Rahimakumullah
Namun di golongan orang pertama yaitu golongan orang orang yang bermuka berseri-seri dan tetawa serta bergembira ria, Allah swt tidak memberikan penjelasan secara langsung. Namun di Tafisir Ibu Katsir memberikan penjelasan bahwa golongan yang dimaksud tersebut adalah golongan para calon penghuni sorga yang bergembira karena mendapatkan ridho dari Allah Swt.
Salah satu yang membuat manusia bergembira di akhirat sesuai dengan hadis nabi adalah seseorang yang akan mendapatkan syafaat. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah “syafaat dari manakah manusia bisa mendapatkannya?”
Nabi Muhammad Saw pernah bersabda :
اقْرَءُواالْقُرْآنَ،فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَالْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ.
“Bacalah al-Qur’an karena ia akan memberikan syafaat kepada para “sahabatnya”.(HR. Muslim)
Al-Qur’an akan hadir di akhirat dan akan memberikan syafaat bagi orang-orang yang senantiasa berinteraksi dengannya. Alangkah bahagianya kita apabila di akhirat kelak dimana ketika orang-orang berlarian, panic, ketakutan, sibuk mengurus diri-sendiri dan sibuk mencari pertolongan, namun tidak ada satupun orang yang bisa menolong. Namun tiba-tiba Al-Qur’an hadir dan datang kepada kita, dia datang menjadi saksi dan memintakan syafaat kepada Allah yang kelak akan mengantarkan kita ke dalam golongan ahlul jannah.
Hadirin yang dimuliakan oleh Allah Swt
Al-Qu’ran adalah pedoman dan petunjuk bagi semua manusia. Namun Al Qur’an tidak akan bisa menjadi pedoman dan petunjuk apabila kita tidak memahami apa yang terkandung di dalam Al Qur’an tersebut.
Khotib pada kali ini membagi tips bagaimana kita bisa berintraksi dengan Al Qur’an. Yaitu yang kami istilahkan dengan 7 M. Insya Allah dengan ikhtiar dan tips 7 M ini, kita lakukan semoga kita semua menjalankan dengan penuh konsisten.
-
Mendengar
Mendengarkan Al-Qur’an adalah sebuah keutamaan. Inilah tingkatan paling ringan kita di dalam ber interaksi dengan Al-Qur’an. Setiap hari kita wajibkan telinga kita untuk memperdengarkan Al-Qur’an. Jangan sampai telinga yang Allah pinjamkan ini yang sifatnya sementara dan akan dimintai pertanggung-jawabanya kelak di akhirat justru dipakai untuk mendengarkan hal-hal yang dosa atau kesia-sian. Jangan sampai dalam keseharian kita lebih banyak mendengar berita-berita gosip, lagu-lagu dangdut dari pada Al-Qur’an. Naudzubillah min zalik.
-
Membaca
Tingkatan berikutnya adalah membaca. Dalam seharian kita harus punya target berapa menit atau berapa jam yang kita sisihkan waktu dalam sehari untuk membaca (interaksi) Al-Qur’an. Jangan sampai kesibukan kita melupakan diri untuk membaca Al-Qur’an. Atau kita lebih banyak sibuk membaca HP, whatshapp, sms, twitteran daripada membaca Al-Qur’an. Tentu hal ini sebuah kekeliruan.
Sehingga apabila kita berniat menjadikan Al-Qur’an sebagai syafaat kelak di akhirat, maka kita wajib meluangkan waktu dalam sehari untuk bisa membacanya. Meluangkan waktu bukan mencari waktu luang. Karena apabila hanya mencari waktu luang, ini biasanya akan sulit kita temukan waktunya. Maka memang harus diluangkan.
Hadirin yang berbahagia
-
Memperbaiki Bacaan
Memperbaiki bacaan, atau tahsinul qur’an. Adalah tingkatan yang berikutnya dalam ber interaksi dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an berbeda dengan kitab-kitab atau buku-buku lainnya. Dia punya kekhasan dalam setiap huruf dan pengucapan, sehingga apabila tidak dibaca dengan baik, maka akan mudah mempengaruhi makna yang terkandung.
Maka wajib bagi setiap muslim untuk belajar memperbaiki bacaan sesuai dengan standar ilmu tajwid. Hal ini untuk menjadikan Interaksi Al-Qur’an yang kita baca akan mempunyai pengaruh positif bagi yang dapat membacanya dengan benar.
-
Menghafal
Selanjutnya apabila sudah memperbaiki bacaan langkah selanjutnya adalah dengan meningkatkan diri untuk menghafal. Menghafal Al-Qur’an memiliki banyak fadhilah dan keutamaannya: salah satunya yang disebutkan pada hadis Nabi Saw:
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Al Qur’an nanti : ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud).
-
Memahami makna Bacaan
Langkah selanjutnya dalam berinteraksi dengan Al Qur’an adalah dengan memahami arti yang kita baca. Setelah proses tahsinul qur’an selesai, maka berikutnya adalah kita berusaha memahami setiap apa yang kita baca, sehingga Al Qur’an ini betul-betul bisa dijadikan acuan dalan hidup. Al Qur’an bisa menjadikan petunjuk ke jalan yang lurus, (shirotal mustaqiim).
Baca Juga: Kultum Keutamaan Shodaqah
-
Mengamalkan
Setelah memahami maknanya, maka usaha berikutnya adalah mengamalkannya. Mengamalkan apa yang sudah dipahami. Ini tahapan yang penting karena sesuatu yang kita pahami akan menjadi konsekuensi untuk harus kita amalkan. Ilmu yang sudah dipunyai namun tidak berbuah amal bagaiakan pohon yang tidak berbuah.
Bahkan Allah Swt membenci para manusia yang sudah punya ilmu dan tidak masif di dalam mengamalkan ilmunya tersebut. Sebagaimana firmaNya: ”Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Q.S. As-Shaf ayat 3)
-
Mengajarkan
Langkah selanjutnya dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah dengan menularkan ilmu yang kita punyai kepada orang lain. Kita berusaha untuk menyebarkan ilmu Al-Qur’an kepada orang-orang yang belum bisa membaca atau yang belum memahami kandungan di dalam Al-Qur’an. Hal inilah yang akan mengantarkan kita sebagai manusia yang terbaik di sisi Allah Swt. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw: “Sebaik baik kalian adalah yang mempelajari (interaksi) Al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR. Bukhori)
Hadirin yang berbahagia. Semoga kita bisa konsisten mengamalkan usaha 7 M ini. Sehingga ketika di akhirat kita termasuk golongan orang orang yang akan mendapatkan syafaat dari Interaksi Al-Qur’an. Langkah mudah dan praktis yang harus segera diamalkan, sebagai bagian penting untuk mengisi setiap waktu kita.
Penulis adalah Dosen STIE Muhammadiyah Mamuju
Ilustrasi: Grid.Id