Sedari kecil kita sudah sering mendengar cerita dari orang tua kita, guru kita dan dari film G30S/PKI yang ditayangkan di televisi maupun layar tancap setiap tanggal 30 september. Dalam film itu tergambar jelas mengenai pemberontakan serta kekejaman PKI dan juga peristiwa yang memilukan. Ketika 7 perwira tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta.
Peristiwa G30S/PKI merupakan gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan ingin mengubah Indonesia menjadi negara komunis. Gerakan ini dipimpin oleh DN Aidit yang saat itu merupakan ketua dari Partai Komunis Indonesia. Dan Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Letkol Untung yang merupakan anggota Cakrabirawa (pasukan pengawal Istana) memimpin pasukan yang dianggap loyal pada PKI. Gerakan ini mengincar perwira tinggi TNI AD. Bahkan 3 dari 6 orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan yang lainnya diculik dan dibawa menuju Lubang Buaya.
Pancasila dan Komunis
Pancasila dan komunis, ibarat air dan minyak. Karena jelas tidak dapat disatukan. Ideologi Pancasila pada sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan dalam komunis, jelas menentang akan sila pertama ini. Sebagaimana yang ditulis oleh Karl Marx dalam bukunya “Das Capital”, Karl Marx menyebutkan bahwa agama adalah candu dan anti Tuhan. Karl Marx juga dijuluki sebagai Bapak komunisme dunia. Tokoh PKI DN Aidit sendiripun juga pernah menyampaikan bahwa revolusi mental akan berhasil kalau masyarakat dijauhkan dari agama.
Oleh karena sebab itu, PKI merupakan musuh agama, musuh bangsa. Maka PKI harus dicekal dalam pergerakannya, seperti kegiatan menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran komunisme/marxisme-leninisme. Sesuai TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966. Juga Pada tanggal 18 Oktober, terdapat sebuah deklarasi dibacakan melalui semua stasiun radio yang dikendalikan militer, menyatakan bahwa Partai Komunis Indonesia adalah partai terlarang.
Perlu kita ketaui bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI), merupakan partai komunis terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Sampai pada tahun 1965 anggotanya(PKI) berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. Di sisi lain PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan para petani anggota Barisan Tani Indonesia yang berjumlah 9 juta anggota. Termasuk juga pergerakan wanita (Gerwani), organisasi penulis dan artis serta pergerakan sarjananya.
baca juga Pancasila: Stereotip vs Branding (1)
PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung. Walaupun komunis itu sendiri bertentangan dengan pancasila yaitu sila pertama, namun PKI saat itu (orde lama) tumbuh subur karena cita-cita bung karno yang ingin menyatukan Nasionalisme,Agama dan komunis (NASAKOM). Oleh karena itu, kita senantiasa membentengi diri dengan jiwa nasionalis dan iman. Juga perlu mewaspadai akan berkembangnya ideologi komunis. Karena kalau tidak diwaspadai/dicekal, maka komunisme akan terus berkembang, dan akan mengancam ideologi negara.
Beban Psikologis
Semenjak peristiwa G30S/PKI inilah timbul pro dan kontra terkait keturunan PKI. Sebab Banyaknya diskriminasi terhadap keturan PKI, mengakibatkan keturunan PKI merasa terasingkan di negeri sendiri. Bukan tanpa sebab, hal ini adalah imbas dari dosa-dosa orangtua mereka dimasa lampau. Memang sangat berat beban psikologis yang di alami oleh anak dan cucu PKI itu, karena mereka selalu dikaitkan dengan dosa masa lalu orangtuanya. Dan Mereka dianggap sebagai seorang yang membawa dosa turunan dan juga terdampak dendam turunan.
Mungkin Banyak Pertanyaan yang terlintas atau muncul dari benak anak cucu keturunan PKI. “Mengapa harus aku? Mengapa harus orangtuaku, leluhurku? dsb”. Karena kita tidak dapat memilih dari rahim mana kita dilahirkan sebagaimana juga Mereka (anak dan cucu PKI) tidak pernah meminta keluar dari rahim orangtua anggota yang berfaham atau ideologi komunis. Dan setelah mereka lahir, mereka pun tidak dapat protes kepada orang tuanya. “mengapa aku dilahirkan dikeluarga ini?”. Bagaimanapun latar belakang orang tuanya. sebagai seorang anak, mereka wajib taat dan berbakti kepada orang tuanya itu.
Wajarlah apabila seorang anak PKI bangga kepada ayah atau ibu biologisnya. Seperti anak pada umumnya, yang terlahir dari rahim non PKI. Karena orangtuanya yang telah merawat dan memeliharanya dengan penuh kasih sayang. Bukannya bangga dengan faham atau ideologi yang dianut orangtuanya itu, melainkan mereka menganggap bahwa orangtuanya itu orang yang paling berjasa dalam hidupnya. Kemudian apakah salah, apabila anak cucu PKI menyanyikan lagu Ayah, Ibu untuk menyampaikan rasa bangga, haru, rindu dsb lewat lagu itu? tentu tidak salah. Namun setiap kepala pasti memiliki penafsiran dan perspektif masing-masing dalam menyikapi fenomena ini.
Beban psikologis ini yang menjadi sebab banyaknya, anak cucu PKI yang menjadi introvert. karena takut disangka sebagai simpatisan PKI, Melihat sangat tingginya resistensi dari masyarakat Indonesia terhadap PKI. Mungkin Resistensi itu terjadi karena, PKI pernah melakukan pemberontakan berdarah serta sangat kejam di Indonesia pada tahun 1948 dan 1965.
Apalagi pada masa Soeharto (orde baru), banyak dari anak cucu PKI yang tertekan, dan dicurigai sebagai penerus paham orangtuanya. Setiap kegiatan maupun Gerak-geriknya selalu dipantau. Bahkan anak kandung tokoh PKI DN Aidit yaitu Ilham Aidit, tidak berani menuliskan nama belakangnya dengan nama Aidit, karena karena merasa terintimidasi oleh situasi politik pada saat itu. Kemudian ia baru berani menuliskan nama Aidit, setelah 44 tahun, tepatnya pada tahun 2003. Dimana reformasi sudah bergulir sejak tahun 1998. Bahkan pada orde baru itu ada statement yang mengatakan “Jangan harap keturunan PKI bisa jadi pegawa negeri, bisa jadi anggota TNI atau Polri. Pasti akan dilakukan screening terhadap latar belakang dan masa lalunya”. Jadi ruang gerak dan kebebasan anak cucu PKI sangat dibatasi.
Mulai Ada Angin Segar
Tidak adil rasanya apabila anak cucu PKI dibatasi ruang geraknya, karena mereka juga warga Indonesia, dan belum tentu anak cucu PKI itu juga berfaham komunis. Orde baru telah usai, dan berganti menjadi Reformasi. Pada masa reformasi inilah mulai ada angin segar dan kejelasan terkait nasib anak cucu PKI. Bahkan ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan kebebasan dan keterbukaan di era reformasi telah memberi dampak luas dalam kehidupan masyarakat. Termasuk pada keturuan anggota Partai Komunis Indonesia/PKI.
Beliau menekankan agar keterbukaan dan kebebasan di era reformasi tidak di salah gunakan dan dianggap berlebihan oleh pihak yang berupaya membangkitkan PKI.
Jika kita melihat, ternyata Sebagian dari anak cucu PKI telah menunjukan eksistensinya dalam dunia politik dsb. Ada yang jadi anggota parpol, PNS dsb.
Statement yang mengatakan “Jangan harap keturunan PKI bisa jadi pegawa negeri, bisa jadi anggota TNI atau Polri. Pasti akan dilakukan screening terhadap latar belakang dan masa lalunya” di orde baru itu telah dihapus. PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Dalam UU ASN tidak ada syarat yang melarang keturunan PKI menjadi PNS. Hal sama juga diatur dalam UU Pemilu Legislatif. Jadi, seorang keturunan PKI boleh saja menjadi PNS maupun menduduki jabatan politik.
Mengenai Dosa Turunan
Di dalam Islam tidak ada istilah dosa turunan. Jadi anak cucu itu tidak ada kaitannya dengan dosa-dosa orangtuanya bahkan dosa-dosa leluhurnya. Sebab fitrah manusia atau anak yang lahir ke dunia itu semua dalam keadaan suci. Jadi mereka beragama Islam, Yahudi atau nasrani itu tergantung pada orang tuanya. Sama halnya dengan anak cucu PKI atau anak penjahat sekalipun. Karena mereka tidak tahu menahu akan dosa-dosa orang tuanya. Intinya setiap orang tidak akan menanggung dosa orang lain.
Jadi jangan memusuhi anak cucu PKI. Apalagi jika keturunan PKI itu tidak membawa sakit hati dan tidak memperjuangkan ideologi komunis, yang telah diperjuangkan oleh orang tuanya pada masa lampau. Ketika Anak turunan PKI yang sudah membaur bersama pancasila dengan benar, dan tidak mengusung ideologi PKI, maka wajib kita jadikan saudara.
baca juga Pancasila: Stereotip vs Branding (2)
Karena kalau kita amati sekarang, banyak Anak dari tokoh PKI dan anak dari jenderal yang dibunuh pada saat pemberontakan G-30 S/PKI pun, sudah ingin menutup trauma dan luka lama yang sampai dengan saat ini masih menganga. Misalnya seperti anak tokoh PKI, DN Aidit yaitu Ilham Aidit dan anak Jenderal Soetoyo yaitu Letjend. (Purn) Agus Widjojo, yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Lemhanas. Akan Tetapi Agus Widjojo telah menyampaikan bahwa “Bangsa ini belum siap melakukan rekonsiliasi. Karena Trauma masa lalu masih begitu membekas dalam benak bangsa Indonesia”.
Memperbaiki Keadaan
Jalan tengahnya, rekonsiliasi itu dapat dilakukan apabila kedua belah pihak mau dan sudah siap menutup buku. Mengubur dalam-dalam dendam, menghapus trauma dan siap membuka lembaran baru kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun tidak dapat dipungkiri sejarah tetap harus dijadikan pelajaran oleh semuanya. Seperti pesan Bung Karno yaitu “Jas Merah” (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah).
Marilah anak cucu PKI. Tinggalkan ideologi komunis yang telah dianut oleh orangtua dan leluhur kalian, dan jangan dilanjutkan lagi perjuangannya. Kubur dalam-dalam ide atau gagasan ingin membangkitkan kembali ideologi komunis.
Mari kita hidup berdampingan di NKRI ini dengan baik dengan setia dan berpegang pada dasar negara kita, yaitu Pancasila. Karena Pancasila itu sudah final, Pancasila merupakan hasil kesepakatan bersama pendiri bangsa. Ingat Kata Pak Joko Widodo “kalau komunisme bangkit, maka akan “digebuk.”