Oleh: Sifa Lutfiyani Atiqoh
Sejak kemunculannya, virus Corona memang tidak pernah sepi dari pemberitaan dan tentunya menarik perhatian. Mulai dari ahli hingga orang awampun berkomentar mengenai Virus yang disinyalir berasal dari Kota Wuhan China ini.
Maka tak heran, bila banyak “cocokologi” yang berseliweran di sekitar kita. Terlebih di timeline sosial media netizen Indonesia. Salah satu yang sempat heboh adalah mengenai sebuah Handphone keluaran China yang dianggap berkontrubisi dalam menyebarkan Virus Corona.
Awalnya statement ini hanya berupa guyonan di sosial media belaka. Namun siapa sangka beberapa orang menganggap ini benar dan menanyakan itu pada eyang semua ummat “Mbah Google”. Ketika saya mengetik Xiaomi dan Virus Corona banyak sekali jejak pencarian berupa pertanyaan “apakah HP Xiaomi menyebabkan Virus Corona?” atau “Apakah HP Xiaomi ada virus Corona?”
Sebagian dari kita mungkin mafhum bahwa itu hanya guyonan lha wong meskipun Brandnya dari China tapi bikinnya di Indonesia. Tapi sebagian lain mungkin masih menganggap itu benar adanya. Selain kejadian yang lucu itu.
Baca Juga: Kegelisahan KH Ahmad Dahlan Terhadap Dialog Lintas Iman
Ada juga kejadian yang lebih serius terjadi pada restoran-restoran milik Chinese di Amerika yang biasanya biasanya ramai tapi tiba-tiba menjadi sepi setelah ramainya isu virus Corona. Warga memilih untuk makan di restoran China berkaitan dengan ketakutan akan penyebaran virus tersebut.
Rasisme dan xenophobia
Dua kejadian itu secara tersirat mengungkapkan adanya sebuah motivasi dalam diri sendiri yang melandasi munculnya kejadian-kejadian tersebut. Mungkin secara dzohir kita tidak melakukan rasisme. Tapi tenyata secara tak sadar kita mengikuti sebuah logika dari apa yang kita sebut dengan Xenophobia.
Xenophobia adalah sebuah ketakutan terhadap orang asing, bangsa asing atau beberapa menyebutnya dengan istilah negara lain. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani, Xeno dari kata xenos yang berarti “Orang Asing” atau “tamu”.
Sedangkan phobia diturunkan dari kata phobos yang berarti “ketakutan”. Kadang kala phobia lebih dijelaskan dengan ketakutan yang berlebih. Ketakutan terhadap orang asing ini bukan tidak mungkin merujuk pada sebuah bangsa asing tertentu.
Setelah terkuaknya Virus Corona, beberapa masyarakat masih ada yang mengasosiasikan bahwa segala yang berhubungan dengan China bisa membawa virus tersebut. Tentunya muara dari Xenophobia yang radikal akan memicu rasisme. Sebagaimana yang telah diberitakan oleh CNN. (CNN news:What’s Spreading faster than Coronavirus in US? Racist assault and ignorant attacks again Asians)
Rasisme sendiri merupakan salah satu hal yang dapat melatarbelakangi disintegrasi bangsa, termasuk di Indonesia. Mengingat di Indonesia tedapat banyak suku dan ras, termasuk di dalamnya adalah keturunan China. Setelah tahun lalu Indonesia melawan rasisme terhadap Papua, sekarang kita dihadapkan masalah yang hampir sama.
Apabila xenopobhiatehadap China -akibat Virus Corona- yang dialami secara personal oleh beberapa individu tidak dikelola dengan baik, maka bukan tidak mungkin akan menyebar dan mengakibatkan rasisme seperti yang terjadi di Amerika atau malah membangkitkan sentimen anti-China yang sebelumnya juga sempat menguat belakangan ini.
Sentimen anti-China
Di Indonesia, setelah adanya berita menganai Virus Corona sentimen anti-China berubah menjadi sebuah vonis. Bila tahun-tahun lalu sentimen ini bergulir dengan menitik beratkan pada pembahasan politik pilkada DKI.
Sekarang muncul justifikasi dari sebagian tokoh agama yang menyebut bahwa Virus Corona merupakan sebuah Azab. Penyebutan Azab tersebut terkait dengan masalah kemanusiaan yang terjadi di Ughyur. Bahkan ada yang menyebut Corona sebagai tentara Allah untuk sebagai pemberangus massal.
Baca Juga: Belajar dari Tokoh Budhism di Thailand tentang Cinta, Kebijaksanaan, dan Humanism
Tentunya, ujaran-ujaran yang secara implisit memuat Xenophobia yang diidap oleh seseorang akan lebih mudah menyebar menjadi ketakutan kolektif apabila disampaikan oleh tokoh terkemuka. Xenophobia dapat membawa perasaan tak suka akan suatu golongan. Dan dalam konsentrasi lebih lanjut akan menimbulkan rasisme baik verbal maupun fisik, sebagaimana telah terjadi di Amerika dan Eropa.
Masalah yang muncul dari wabah Corona bukan hanya terbatas dalam lingkup medis, tapi nyata-nyata ada juga efek samping tak terlalu terlihat, yakni masalah sosial berupa kecemasan massal, rasisme, Xenophobia dan sentimen anti China.