kalimahsawa – Adanya berita dua warga negara Indonesia positif terinfeksi Covid-19 pada tanggal 13 Maret 2020. Membuat pemerintah Surakarta menetapkan peraturan untuk tinggal di rumah selama 14 hari ke depan yang kemudian diperpanjang hingga akhir April. Akan tetapi karena belum meredanya pandemi Covid-19 hingga awal November ini. Pemerintah Indonesia masih terus menggalakkan protokol kesehatan yang harus dipatuhi apabila masyarakat ingin beraktivitas di luar rumah. Seperti: sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menerapkan social distancing, menghindari berkumpul dengan banyak orang, dan lain-lain.
Dengan dideklarasikannya Covid-19 menjadi pandemi oleh World Health Organization (WHO), manusia di seluruh penjuru dunia menghadapi tantangan baru. Covid-19 jelas membawa dampak pada seluruh sektor kehidupan, namun juga menantang kemampuan manusia untuk beradaptasi. Akademisi berada di posisi darurat dan harus mencari cara pembelajaran yang baru. Sebenarnya pembelajaran jarak jauh bukanlah sesuatu yang baru, namun Covid-19 menghidupkan kembali kebutuhan untuk mendalami pembelajaran daring.
Pendidikan Saat Pandemi
Pendidikan menjadi salah satu sektor kehidupan yang mengalami perubahan signifikan. Pembelajaran daring mau tak mau menjadi alternatif terbaik dalam masa karantina ini. Meskipun demikian, diperlukan perhatian khusus mengenai pembelajaran daring ini, seperti apakah tenaga pengajar dan murid-muridnya dilengkapi dengan sarana pembelajaran dan pertimbangan yang serius mengenai masih efektifkah gaya pembelajaran di luar ruang kelas yang beralih ke teknologi. Selain itu, kesenjangan privilege dalam mengakses teknologi dan peralatan digital bisa memperburuk keadaan. Banyak murid-murid yang mengalami kesenjangan privilege ini. Tidak lancarnya koneksi atau jaringan di rumah mereka, atau bahkan tidak dimilikinya perlengkapan untuk belajar daring. Faktanya, pandemi ini memperlebar jarak antara mereka yang mampu mengakses pembelajaran daring dan mereka yang tidak mampu. Akses tidaklah sama, dan bisa kita lihat kesenjangan semakin tumbuh.
baca juga: Refleksi Sumpah Pemuda: Merebut Kedaulatan Bangsa
Sistem manajemen pendidikan daring, alat-alat komunikasi, dan platform belajar daring sangat berperan penting selama pandemi ini. Software dan aplikasi bisa membantu pemakainya untuk mengelola, merencanakan, menyampaikan, dan mengikuti proses pembelajaran. Akan tetapi telah kita ketahui bersama, tidak ada teknologi yang bisa menggantikan keahlian, antusiasme, dan pendekatan manusia terhadap pendidikan.
Home Visit
Dan meskipun fokus utama pada pembelajaran daring ini ada pada alat-alat dan teknologi, kualitas yang paling dibutuhkan tetap saja sisi kemanusiaan. Banyak murid yang mengeluh, belajar di ruang kelas saja tidak paham, apalagi secara daring seperti ini. Oleh karenanya, beberapa sekolah menerapkan sistem home visit, guru mendatangi rumah murid-muridnya untuk memberikan pengajaran yang tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. Satu sesi home visit diikuti oleh beberapa murid.
Meski home visit ini dinilai lebih efektif karena murid dan guru bisa tatap muka, tetap saja, kesenjangan dalam menerima ilmu tetaplah ada. Rafif misalnya. Murid kelas empat di SDN Gumpang 1 itu bercerita, dirinya tetap malu bertanya, yang menyebabkan dia tidak paham tentang suatu materi. Padahal materi tersebut menjadi tugas rumah yang harus dikumpulkan. Ya, tugas yang seabrek identik di masa karantina ini bagi murid dan mahasiswa. Hal ini menjadi PR bagi tenaga pengajar, bagaimana murid-murid bisa memahami suatu materi tanpa tertekan oleh tugas yang seakan tiada akhirnya tersebut.
Respons Sistem Pendidikan Saat Pandemi
Atas permasalahan tersebut, diperlukan adanya pihak-pihak yang bergerak memberikan solusi. Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang rutin dilakukan tiap tahun oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Surakarta bisa dijadikan wahana bagi mahasiswanya untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan kehidupan di masyarakat. Dikarenakan adanya pandemi Covid-19, pelaksanaan KKN tahun ini jelas berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 2020 ini, diadakan KKN-Transformatif Kerso Darma (Kerja Sosial Daring dari Rumah) yang fokus pada pemberian solusi atas permasalahan masyarakat di sekitar tempat tinggal mahasiswa.
baca juga: Pancasila dan Muhammadiyah (2): Jejak Ki Bagoes Hadikoesoemo
Berhubung pendidikan digital menjadi highlight dalam pelaksanaan KKN saya di Gumpang Rt 005/003 Kartasura, Sukoharjo. Penulis berinisiatif untuk membantu Rafif sebagai murid tertinggal dengan melakukan kegiatan pendampingan belajar selama masa pandemi. Pendampingan tatap muka dilakukan dua kali seminggu, sementara saya open 24 jam untuk pendampingan by phone. Rafif bebas menentukan pelajaran apa saja dalam pendampingan ini. Namun dia menekankan pada pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab yang menurutnya sangat sulit dipahami.
Last but not least, berakhirnya kegiatan KKN tertanggal 6 November 2020 bukan berarti berakhir pula kegiatan transformatif yang saya lakukan. LP2M IAIN Surakarta sendiri berharap, kegiatan KKN-T Kerso Darma yang dilakukan mahasiswa bisa terus berlanjut sebagai pengabdian diri kepada masyarakat tempat tinggalnya. Semoga sedikit yang saya lakukan bisa menjadi inspirasi bagi pihak-pihak yang aware akan masalah pendidikan digital, karena saya yakin masih banyak Rafif-Rafif lain di luar sana.
Penulis: Salimah Isnaini Azzahroh (Mahasiswa IAIN Surakarta)