Langit mulai menguning dan angin sepoi-sepoi silir berhembus ke lobby Gedung Induk Siti Walidah UMS. Gedung yang megah itu tengah ramai dengan suasana yang kian lengkap dengan pertunjukkan siswa-siswi Yayasan Penyandang Anak Cacat (YPAC) Solo, susunan karya lomba karya seni fotografi, lukisan, puisi, dan poster, membuat semua peserta dan tamu undangan terhibur.
Hari itu, Rabu 14 Agustus 2024 merupakan agenda Gelar Wicara Aktualisasi Kemerdekaan Indonesia melalui Pancasila sebagai Laku yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial (PSBPS) UMS untuk diseminasi program Revitalisasi, Institusionalisasi, dan Standardisasi Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi Indonesia (RISP3TI). Agenda ini menandai usainya kegiatan PSBPS melakukan roadshow pelatihan tingkat nasional dan advokadi kebijakan kelembagaan, yang mencakup 75 kampus dari Aceh hingga Merauke tersebut.
Tak pelak, semua peserta melakukan registrasi terlebih dulu dan seusainya berduyun-duyun mengambil coffee break sembari melihat karya festival nasional #pancasilalahirbatin dan mendengarkan alunan musik sekaligus nyanyian siswa-siswi YPAC Solo. Sebelum matahari terbenam acara inti pun dimulai, panitia meraih mic dimeja untuk mengarahkan peserta untuk duduk dan diberikan ke moderator untuk mengatur tempat duduk pembicara.
Seperangkat alat TATV sudah diaktifkan, semua kru bersiap diri untuk meliput dan mendengarkan dialog antara Dra. Yayah Khisbiyah, M.A. selaku Direktur Eksekutif PSBPS UMS; Prof. Dr. Amin Abdullah sebagai Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI; Dr. H. Immawan Wahyudi, M.H selaku Anggota Majelis Diktilitbang Muhammadiyah dan Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum sebagai Wakil Rektor I UMS.
Dalam penuturan dari Prof Amin Abdullah sang Guru Besar UIN-Suka sekaligus Anggota Dewan Pengarah BPIP RI, ia mengucap apresiasi atas langkah yang telah dilakukan oleh PSBPS UMS, sebab telah melakukan riset sehingga dapat mengeluarkan modul buku ajar Pancasila untuk Perguruan Tinggi terhitung pertama di Indonesia yang kemudian roadshow ke kampus-kampus.
Sementara giliran pembicara perempuan yang diamanahi sebagai Direktur Eksekutif PSBPS UMS yakni Dra. Yayah Khisbiyah, M.A menjabarkan bahwa sebelum meluncurkan modul buku ajar tersebut, tim dari PSBPS telah melakukan survei riset dan mendapati bahwa ternyata pendidikan Pancasila yang merupakan mata kuliah wajib di seluruh universitas di Indonesia ternyata dipandang membosankan.
Ia menuturkan riset yang dilakukan menggunakan focus group discussion dalam wawancara survei yang menyimpulkan bahwa Pancasila sebagai mata kuliah adalah pelajaran yang membosankan.
“Untuk itu, dalam rangka merevitalisasi diluncurkan modul buku ajar, dengan revitalisasi dari konten dan metode ajar mata kuliah pendidikan Pancasila”, ucap perempuan berkacamata dan riuh diiringi dengan tepuk tangan.
Ia menyampaikan bahwa Program Pancasila sebagai Laku yang digagas oleh PSBPS UMS tidak hanya berfokus pada lingkungan kampus UMS, tetapi juga menjangkau universitas-universitas lain di seluruh Indonesia. Dalam program ini, PSBPS UMS telah menjalin kerjasama dengan 75 universitas mitra, yang terdiri dari 20 universitas negeri, 19 universitas swasta non-PTMA, dan 18 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA).
Selain itu, program ini juga melibatkan 242 dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 152 dosen adalah laki-laki dan 90 dosen adalah perempuan. Program ini diharapkan dapat memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman dosen dan mahasiswa terhadap pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa.
Tak terasa matahari hampir terbenam dan waktu malam sebentar lagi yang menunjukkan dipenghujung acara. Sebelum ditutup panitia mengumumkan hasil lomba dari kompetisi nasional #pancasilalahirbatin. Festival tersebut diikuti oleh 626 peserta, di mana 66,5% di antaranya adalah mahasiswa dan 33,5% siswa SMA. Festival ini mencakup lima kategori lomba, yakni Puisi, Poster, Video Vlog, Fotografi, dan Lukisan.
Reporter: Izzul Khaq