Pada tanggal 17 April 2020, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Turki mengadakan Diskusi Online dengan tema “Prospek Perdamaian Timur Tengah dihadapan The Deal of Century dan Dunia Pasca Corona”. PCIM Turki mendatangkan pembicara Muhammad Luthfi Zuhdi, Wakil Rektor IV Universitas Indonesia. Diskusi ini diadakan secara daring.
Muhammad Luthfi mengatakan bahwa the Deal of Century hanyalah salah satu pintu masuk dalam mengkaji Timur Tengah. Ia membuka diskusi dengan menceritakan bahwa Trump memang selalu berpikir out of the box, tidak mau mengambil langkah. Trump merupakan pengusaha besar, sehingga terobosan-terobosan yang ia lakukan selalu diluar perhitungan politik biasa. Dia memberikan penawaran solusi kepada Palestina diluar kesepakatan-kesepakatan sebelumnya.
baca juga: Cadar Bukan Ukuran Syar’i
Ia memberi contoh konferensi Madrid tahun 1992, perdamaian Oslo pertama tahun 1993, dan Oslo kedua tahun 1995. Israil mau berunding di Madrid tahun 1992 karena Israel merasa ia bukanlah negara adidaya. Pada tahun 1991, ketika Saddam Husein diserang oleh rudal Amerika, dia langsung berpidato menyatakan bahwa ia akan membalas Amerika, termasuk juga membalas Tel Aviv. Beberapa hari setelah itu Tel Aviv terkena rudal Irak yang sebenarnya tidak terlalu canggih.
“Setelah itu Israil mau melakukan perundingan dengan Palestina pada konferensi Madrid. Dilanjutkan dengan Oslo. Trump tidak mau mengikuti aturan yang sudah ada tersebut. Wilayah pendudukan Israil di Tepi Barat tidak dikembalikan. Pengungsi Palestina juga tidak diperbolehkan kembali ke wilayahnya kecuali dalam wilayah yang kecil”, ujar Muhammad Luthfi.
Dalam perdamaian Oslo seharusnya Yerusalem timur menjadi ibukota Palestina. Tetapi Trump tidak melakukan itu. Palestina diberikan ibukota di pinggiran Yerusalem. Ini menurut Muhammad Luthfi sangat merugikan. Bahkan Israil akan mengambil dataran rendah di Yordania, di tepi sungai Yordania. Jadi sebenarnya tawaran Trump bukan sebuah tawaran yang adil. Itu adalah perampasan secara terang-terangan.
Sikap Negara Arab
Alumni Madinah ini, melalui video call, mengatakan bahwa negara-negara Arab yang cenderung mendukung adalah negara-negara teluk dan negara-negara yang mendapatkan keuntungan dari tawaran itu. Negara yang tidak mendapatkan keuntungan seperti Yordania cenderung menolak. Yordania secara terbuka mengatakan tidak terhadap the Deal of Century. Begitupun dengan Irak dan Aljazair. Irak menolak disebabkan karena secara politik ia dekat dengan Iran. Sehingga, dominasi Iran cukup kuat. Aljazair adalah negara dengan nasionalisme yang tinggi, sehingga segala hal yang berbau penjajahan sangat ditolak.
Negara yang sedang berseteru seperti Saudi dengan Qatar sama-sama mendukung the Deal of Century karena mempunyai kepentingan politik yang sama. Bahrain dan Oman juga mendukung. Oman adalah negara pertama yang mengundang Benjamin Netanyahu ke negaranya. Oman tidak sepenuhnya berafiliasi ke Saudi, maka oman tidak termasuk aliansi negara Arab anti-terorisme bentukan Saudi.
baca juga: Timur Tengah: Banyak Ulama Tapi Penuh Konflik
Apakah kemudian the Deal of Century ini akan berhasil? Muhammad Luthfi menganggap tidak akan berhasil. Hal itu didasari oleh Liga Arab yang sepakat untuk menolak. OKI juga menolak. Indonesia meskipun tidak secara langsung menolak tetapi mendukung kemerdekaan Palestina sepenuhnya.
Meneropong Masa Depan
Kedepan bagaimana? Muhammad Luthfi mengatakan bahwa kita tidak bisa langsung menebak karena terdapat banyak faktor. Perang saudara di Syria adalah seperti setengah perang dunia karena banyak negara di dunia terlibat. Irak sedang melakukan recovery dengan tertatih-tatih, apalagi ditimpa wabah corona. recovery negara-negara Timur Tengah menjadi sangat sulit. Dengan adanya Arab Spring, Timur Tengah seperti mundur 30 tahun, bahkan 50 tahun kebelakang. Oleh karena itu, dengan kondisi ekonomi sulit karena covid-19, recovery bisa berjalan jauh lebih lambat.
Muhammad Luthfi berharap bahwa negara-negara Arab bisa saling bahu-membahu agar dapat melihat dengan jernih apa yang sesungguhnya mereka butuhkan. Namun itu tentu tidak mudah. Ia belum melihat adanya pencerahan pada masa depan dunia Arab. Negara-negara Arab sebelah Barat seperti Maroko cenderung tidak terkena dampak Arab Spring dan lebih stabil. Namun semakin ke timur keadaannya semakin parah. Karena pengaruh asing cukup kuat.
baca juga: Farag Fouda: Metode dan Kritik Sumber Sejarah
Menurut Muhammad Luthfi, pengaruh asing di Timur Tengah sangat kuat. Ia memberikan contoh Saudi yang membentuk aliansi negara-negara kontra terorisme, yang ini sebenarnya adalah sebuah titipan. Maka ketika Menteri Luar Negeri Saudi meminta Menteri Luar Negeri Indonesia untuk bergabung, Indonesia hanya menyatakan bahwa itu adalah hal yang bagus. Kemudian ketika Saudi melakukan deklarasi, mereka memasukkan Indonesia kedalam aliansi. Kemudian Indonesia melakukan protes.
Pada bulan desember 2019, ketika WR IV UI ini berkunjung ke Saudi, ia diajak oleh pemerintah Saudi untuk mengunjungi pusat komando aliansi negara-negara kontra terorisme. Di akhir pertemuan ia melihat ada sebuah ruangan dengan tulisan visi misi, yang dibawahnya ada 3 bendera negara adidaya. “ya kita tahu lah siapa saja 3 negara itu, itulah pendirinya. Pendirinya bukan negara-negara Arab itu sendiri”, jelasnya.
reporter: Yusuf R Yanuri