Ajaran agama apapun, baik Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lainnya pasti mengecam tindakan radikalisme yang bisa berujung terorisme dengan dalih apapun itu. Seperti yang baru saja terjadi kemarin, bom bunuh diri di gereja katedral Makassar, tanggal 28 Maret 2021 pukul 10.30 WIT, menambah pilu keadaan negeri di awal tahun ini
Tepat di tanggal itu, di hari minggu kemarin merupakan hari memperingati Misa Minggu Palma kaum Kristiani, hari dimana mereka memperingati kematian Yesus kristus, tempat dimana mereka berdoa di gereja, justru terjadi serangan kepada mereka yang menimbulkan belasan korban luka-luka.
Selang beberapa hari, muncul kembali seorang perempuan bernama Zakiah Aini, berusia 25 tahun melakukan aksi terror di Mabes Polri. Ia seorang diri dengan senjata airgun di tangannya menuju ke gerbang utama kemudian menembak anggota polisi yang berada di hadapannya, setelah berhasil masuk dengan dalih mencari lokasi kantor pos. terjadilah baku tembak kedua belah pihak, dan Zakiah Aini tertembak dan meninggal dunia saat itu juga.
Islam Anti Tindakan Ekstremis
Siapapun pasti mengutuk aksi ekstremis yang membahayakan orang lain seperti kasus di atas. Hanya saja yang tetap menjadi sorotan dari kedua oknum itu yakni menggunakan landasan agama untuk melakukan aksi teror, yakni dengan dalih pemahaman sempit dan salah atas ajaran Islam.
Pemahaman sempit tersebut meminjam perkataan Hamim Ilyas, Wakil Majelis Tarjih Muhammadiyah disebut “Teologi Pritilan”, dalam artian seseorang itu mengambil kesimpulan ajaran agama Islam secara menyeluruh hanya dengan satu ayat Al Quran, Hadist atau satu pendapat ulama saja yang kemudian menjadi pijakan bahwa yang dilakukan itu sebuah kebenaran.
Hal ini tentu menjadi bahaya jika tidak ada narasi tandingan untuk menanggulangi narasi tersebut, Islam bisa hanya menjadi aspirasi, bukan inspirasi untuk pemeluknya agar terus berkembang, berkemajuan pola pikir dan perilakunya.
Islam yang asal katanya sendiri berakar dari kata “salima” kedamaian dan “salama” keselamatan, sudah menjadi paradoks bagi oknum yang menggunakan ajaran agama untuk aksi yang malah membahayakan dan mengancam keselamatan orang lain itu.
Toleransi Dalam Islam
Toleransi dalam bahasa arab dikenal dengan “tasamuh” atau tenggang rasa, dan kalimat ini di dalam Al Quran tidak ditemukan secara tersurat kata tersebut berada di dalamnya, namun secara tersirat Al Quran menjelaskan konsep toleransi beserta batasan-batasannya, seperti di Qs. al Kafirun dan untuk saling kenal mengenal dengan suku, agama, ras,budaya lain seperti di Qs. al Hujurat : 13.
Dalam Islam ada beberapa kisah toleransi yang cukup terkenal, salah satunya penyebab turunnya al Qur’an Surat Al Kafirun, tapi bagi saya yang lebih merasuk untuk dikisahkan secara singkat tentang melebihi toleransi yakni saling mencintai sebagai sesama manusia justru tentang kisah Nabi Muhammad dengan seorang pengemis Yahudi Buta yang terus mengolok-ngolok Nabi, namun sikap Nabi terus tetap memberi makan pengemis Yahudi buta tersebut, sampai akhirnya Nabi meninggal dunia, dan pengemis buta Yahudi tersebut sadar dan masuk Islam.
Hikmah dari kisah itu, mengajarkan bahwa tidak ada sekat-sekat dalam Islam untuk berbuat kebaikan, dengan siapapun itu. Bahkan kepada orang-orang yang selalu mengolok-ngolokmu, memusuhimu, Islam tetap mengajarkan untuk selalu memberi kedamaian dan keselamatan untuk orang lain.
Islam adalah Agama Cinta untuk Seluruh alam
Nabi Muhammad sebagai teladan utama bagi kita semua sebagai umat muslim, dan Rasulullah di tugaskan oleh sang pencipta Allah Ta’ala sesuai dalam firmannya “Dan tiadalah kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat seluruh alam” (QS. Al Anbiya, 107)
Memaknai “rahmat” dalam buku Fiqih Akbar karya Hamim Ilyas memiliki arti dua hal : rahmat yang berarti cinta kasih dan rahmat yang berarti karunia dari Allah ta’ala. Sifat cinta kasih itu merupakan misi Nabi Muhammad di utus ke bumi untuk menebarkan cinta ke seluruh alam, tidak hanya untuk umat Islam saja, tapi seluruh manusia bahkan tumbuhan, hewan dan seluruh alam semesta.
Maka menjadi sebuah kesalahan jika seseorang mengambil satu ayat tentang jihad yang mana tidak sesuai konteks zaman sekarang, justru digunakan untuk membasmi orang-orang yang tidak sepaham dengannya.
Mengutip juga perkataan Sayyidina Ali “ Mereka yang bukan saudaramu dalam Iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan” Sebab Islam merupakan Agama yang damai, menjamin keselamatan dan kebaikan tatanan sosial yang ada, bukan malah merusaknya, terlebih ajaran Islam tidak sekedar toleran terhadap perbedaan, tapi lebih dari itu, turut merawat dan menjaga kerukunan perbedaan yang ada, sehingga mampu menimbulkan harmoni yang indah dalam berkehidupan di dunia.