Kisah Keutamaan Sholeh Sosial
Pada suatu hari, Rasulullah Saw berkata di hadapan para sahabat, “Tidak akan masuk surga kecuali orang yang penyayang.” Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah kita semua penyayang?” Beliau menjawab, “Penyayang itu bukan orang yang menyayangi dirinya saja, melainkan orang yang menyayangi dirinya dan orang lain.”
Makna kasih sayang kepada dirinya adalah khawatir akan turunnya adzab Allah Swt dengan cara meninggalkan kemaksiatan dan bertobat darinya serta mengerjakan ketaatan-ketaatan dan mengikhlaskannya.
Adapun makna menyayangi orang lain adalah tidak berusaha menyakiti kaum Muslim. Rasulullah Saw bersabda, “Seseorang dikatakan Muslim apabila orang lain terhindar dari gangguan tangan dan lidahnya.” (Abu Hamid Al-Faqir : Terjemah Mukasyafatul Qulub Al-Ghazali (Being Hati Dengan Ilmu Tasawuf) Halaman 192-193, cetakan II : Agustus 2003. Penerbit Marja.)
Tujuan Utama Agama Islam
Tujuan utama diturunkannya Agama Islam selain dari misi agama Tauhid, juga adalah untuk membangun kesadaran manusia untuk berfikir dalam membentuk kesalehan individual serta membangkitkan rasa semangat kesalehan sosial. Kesalehan sosial mampu memancarkan cahaya cinta serta kasih sayang dan nilai-nilai positif dalam kehidupan manusia.
Kitab suci Al-Quran dan As-Sunnah tidak hanya berbicara mengenai Aqidah semata, melainkan berfungsi sebagai petunjuk untuk menjaga dan melindungi hak-hak manusia dari penyimpangan serta menuntun manusia kepada kebaikan sosial secara konsisten.
Nilai-nilai cinta dan kasih sayang yang diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW menuntun manusia dalam tiga bangunan hubungan. Pertama HABLUM MINNALLAH (Hubungan dengan Tuhannya), dua HABLUM MINANNAS (Hubungan dengan sesama manusia), tiga HABLUM MINAL ‘ALAM (Hubungan dengan alam lingkungan). Untuk itu sangat penting menerjemahkan dan melakukan transformasi terhadap doktrin-doktrin formal dalam ritual keagamaan kedalam ranah kesalehan sosial serta memberikan pertolongan dan pembelaan tentang nilai nilai kemanusiaan.
Kisah Seorang Muslim Menolong Anjing yang Kehausan
Bahkan tidak terbatas sampai mencintai manusia semata, Rosulullah juga memerintahkan untuk mencintai setiap mahluk yang bernyawa, salah satunya adalah binatang. Sebagaimana dalam suatu riwayat Hadist :
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْر
Artinya: “Ketika seorang lelaki berjalan dalam sebuah perjalanan dia merasa sangat kehausan lalu dia mendapati sebuah sumur. Dia turun ke sumur itu lalu minum dan setelah itu keluar. Saat itu, tiba-tiba dia melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya menjilat debu karena sangat haus. Si lelaki itu berkata, “Anjing ini sangat kehausan sebagaimana yang telah aku rasakan.” Lalu dia turun lagi ke sumur, dia memenuhi salah satu sepatunya dengan air lalu dia menggigitnya dengan mulutnya (sehingga bisa naik-red) dan memberikan minum kepada anjing tersebut. Kemudian Allâh Azza wa Jalla berterima kasih kepadanya (maksudnya Allâh menerima amal perbuatan orang ini-red) dan Allâh Azza wa Jalla mengampuni dosanya. Para sahabat Radhiyallahu anhum bertanya, “Wahai Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , apakah kita akan mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang ternak ?” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, pada (pemeliharaan terhadap) setiap yang bernyawa ada pahala.” (Sayyid Ahmad Al-Hasyimi Al-Mishri : Mukhtar Al-Ahadits An-Nabawiyyah, No Hadis : 444, halaman : 64, Perceakan AL-Haramain Jaya Indonesia)
Dari Sholeh Individual Menjadi Sholeh Sosial
Ada pepatah klasik mengatkan, “Manusia adalah mahluk sosial,” dengan kata lain manusia akan saling membutuhkan satu sama lain, saling bergotong royong, saling menolong, saling berinteraksi dan saling memberi manfaat satu dengan yang lain. Manusia yang dikategorikan berkepribadian introvert sekalipun pada hakikatnya saling berinteraksi sosial dengan yang memiliki kepribadian yang sama.
Selanjutnya dalam ranah sosial, semua agama mengajarkan cinta dan kasih sayang, agama Islam utamanya, tidak hanya memerintahkan manusia untuk beribadah dalam dimensi vertikal (hablum minallah) namun juga dimensi horizontal (hablum minannaas). Keselarasan ibadah ritual (mahdah) dan ibadah sosial (ghairu mahdah) ini akan menjadikan manusia sebagai hamba Allah yang sejati, bukan hanya sampai dalam derajat sholeh individual melainkan sampai derajat sholeh sosial. Salah satu ajaran islam yang mendatangkan keridhoan Allah, keharmonisan sosial kemaslahatan bagi kehidupan sesama manusia adalah cinta dan kasih sayang.
Rosulullah SAW memerintahkan umatnya untuk saling menebar kasih sayang kepada seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini, salah satu dari sekian hadits Nabi tentang kasih sayang yang paling masyhur adalah, “Irhamuu man fil ardhi yarhamkum man fissamaai” Artinya : sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Lebih lanjut Allah SWT berfirman, “Wata’aawanuu ‘alal birri wattaqwaa, walaa ta’aawanuu ‘alal itsmi wal ‘udwaan” Artinya : Dan saling tolong menolonglah dalam berbuat kebajikan dan ketaqwaan, dan jangan saling tolong menolong dalam berbuat kejahatan dan permusuhan. (Q.S Al Maidah : 2.)
Editor : Irawan