Dalam menjalani kehidupan, sikap kejujuran menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Sikap ini bisa menjadi salah satu tolak ukur baik atau buruknya karakter seseorang. Sikap ini juga telah diajarkan oleh setiap agama dan dapat dijadikan standar ukuran kebaikan seseorang dalam menaati perintah Tuhan.
Di dalam ajaran agama Islam, sikap jujur menjadi sebuah keniscayaan yang dapat menentukan nilai ukuran ketakwaan dan keimanan seseorang kepada Allah Swt. artinya, seseorang dengan keimanan yang tinggi akan selalu berupaya mengaktualisasikan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Salah satu perintah Allah adalah bersikap dan berkata jujur, maka kejujuran memiliki korelasi dengan keimanan. Selain itu, kata jujur (sidq) juga banyak disebutkan dalam al-Qur’an da Hadis. Begitupun dengan Nabi Muhammad, beliau mendapatkan gelar al-Amin, yang artinya jujur atau dapat dipercaya.
Pada ranah kependidikan, kejujuran merupakan salah satu tonggak yang menopang karakter seseorang sebagai generasi penerus bangsa. Bangsa yang jujur adalah bangsa yang besar, maka kejujuran harus dimulai dari penduduk bangsa. Standar moral yang dibangun oleh bangsa dapat terlihat dari para generasi penerus bangsa yang sekarang sedang dalam fase pendidikan. Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, seharusnya dapat menjadi contoh yang baik untuk negara lainnya.
Sedangkan di buku Kejujuran dalam Pendidikan di jelaskan bahwa kejujuran adalah kemampuan seseorang untuk mengakui, berkata dan memberikan informasi yang sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Jujur ada dalam tiga tempat yaitu pada lisan, perbuatan dan hati. Menurut Quraish Shihab, kata ash-shadiqin adalah bentuk jamak dari kata ash-shadiq yang terambil dari kata sidq yang berarti benar. Dalam ajaran Islam, kata jujur (sidq) sering di sebutkan dalam al-Qur’an. Hal ini senada dengan firman Allah dam QS. Al-Nisa ayat 69:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا
Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS. Al-Nisa[4]: 69).
Menariknya pada tafsir Al-Misbah di jelaskan bahwa ayat ini merupakan janji Allah terhadap hamba-Nya yang taat kepada-Nya dan Rasulullah Saw. Orang yang taat adalah orang yang mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, mereka akan bersama dengan nabi-nabi, shiddiqin (orang yang selalu berada dalam kebenaran dan jujur), syuhada’ (orang yang berjuang di jalan Allah) dan orang-orang shaleh. Dalam ayat di atas di sebutkan empat kelompok yang mendapatkan nikmat dari Allah ialah para nabi, para shiddiqin, para syuhada’, dan para orang shaleh.
Kelompok pertama adalah para Nabi, yaitu mereka yang di pilih Allah untuk memperoleh bimbingan sekaligus di berikan tugas untuk menuntun manusia menuju kebenaran ilahi. Kelompok kedua adalah para shiddiqin, yaitu orang-orang yang selalu benar dan jujur. Kemudian kelompok ketiga adalah syuhada’, yaitu mereka yang bersaksi atas kebenaran walau harus mengorbankan nyawanya sekalipun dan mereka yang mati berperang di jalan Allah. Yang terakhir adalah kelompok keempat orang-orang shaleh yaitu mereka yang tangguh dalam mengerjakan kebajikan dan selalu berusaha mewujudkannya
Sedangkan dalam tafsir Al-Azhar, di jelaskan bahwa ayat di atas menerangkan tentang orang yang taat kepada Allah dan Rasul. Mereka tidak akan di tempatkan di bawah, melainkan akan bersama-sama dengan para Nabi, bahkan juga bersama-sama dengan Shiddiqin, yaitu orang-orang yang selalu menerima dan membenarkan segala apa yang di perintahkan Tuhan, dengan yakin, percaya dan jujur, tidak pernah berbelah hati dan tidak pernah ragu.
Dari kedua tafsir di atas, poin yang dapat di kaitkan dengan manajemen kejujuran di lembaga pendidikan adalah shiddiqin. Di mana golongan tersebut merupakan orang-orang yang selalu berada dalam kebenaran dan kejujuran. Begitupun dalam menjalankan kehidupan, manusia harus berusaha taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka membiasakan diri untuk berperilaku dan berucap jujur adalah salah satu upaya mentaati Allah dan Rasul. Kejujuran adalah hal yang sangat penting karena berkaitan dengan keimanan dan ketaatan. Kejujuran ini akan membawa dampak positif bagi masa depan.
Berkaitan dengan kejujuran, sebagaimana yang telah di jelaskan dalam surat al-Nisa ayat 69, Staats dan Hagley (2008) melakukan penelitian yang berjudul Honest and Heroes: A Positive Psychology View of Heroism and Academic Honestly. Ia melakukan penelitian pada beberapa siswa minoritas yang tidak melakukan kecurangan akademik di sekolah.
Dan kesimpulan yang di dapatkan adalah siswa yang berperilaku jujur adalah mereka yang berani dan memiliki jiwa pahlawan dalam menghadapi kehidupan dengan hasil yang mereka dapatkan. Selain itu, mereka juga memiliki empati yang tinggi kepada orang lain.
Dalam menanamkan nilai kejujuran pada siswa, peran guru di sekolah sangat di perlukan. Salah satu tugas seorang guru adalah menanamkan pendidikan karakter terhadap siswa. Selain keteladanan guru dalam mempraktikan kejujuran, kegiatan di kelas juga dapat di jadikan jembatan untuk membangun sikap jujur bagi para siswa.
Hal tersebut bisa dilakukan melalui pemberian tugas secara individu. Dengan pemberian tugas individu, tiap siswa akan berlatih menyelesaikan tugasnya dengan mandiri. Selain itu, para guru juga harus mengarahkan para siswa agar mengerjakan tugasnya dengan jujur tanpa mencotek teman lainnya.
Pada momen ini, guru juga dapat memberikan penjelasan terkait konsekuensi jika tidak jujur dan apresiasi untuk siswa yang jujur. Selain menanamkan kejujuran melalui tugas individu, penanaman kejujuran dapat dilakukan dengan menceritakan kisah-kisah orang yang jujur, seperti Rasulullah, para sahabat dan tokoh-tokoh Islam lainnya. Cerita dari kisah-kisah tersebut akan memberikan motivasi kepada para siswa untuk bersikap jujur.
Internalisasi ini pada gilirannya akan membentuk siswa menjadi pribadi yang lebih berkarakter karena menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai inspirasinya. Dalam hal ini, kemampuan para guru dalam menyampaikan kisah tersbut juga menjadi aspek yang sangat penting. Oleh karena itu, guru yang bercerita tentang tokoh-tokoh tersebut harus mempunyai kemampuan komunikasi lisan yang baik. Sehinga setiap siswa yang mendengarkan mampu menyerap dengan baik cerita yang di sampaikan.
Penulis: Rifqi Maha Putra Bintang Pamungkas (Mahasiswa UINSA Surabaya)