Kalimahsawa.id – Nahdlatul Ulama adalah ormas terbesar di Indonesia, bahkan bisa jadi di dunia. Jumlah warga NU di Indonesia, dalam data yang disampaikan oleh Burhanuddin Muhtadi, berkisar antara 40-45 persen. NU juga menjadi salah satu ormas yang memiliki kekuatan politik cukup besar. Wakil Presiden Indonesia adalah orang NU. Banyak kursi menteri dan pejabat-pejabat tinggi lain yang diduduki oleh kader-kader NU.
Burhanuddin Muhtadi menyampaikan ada banyak sarjana Barat yang mengatakan bahwa NU adalah penjaga gawang toleransi di Indonesia. Burhanuddin merasa sedih karena ternyata dalam penelitian yang ia lakukan, ia menemukan temuan-temuan yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Ternyata ada sebagian warga NU yang memiliki sikap intoleran.
“Dari data yang kami temukan, ternyata ada intoleransi di tubuh NU melukai saya secara pribadi sebagai warga NU,” ujarnya.
Hal ini ia sampaikan dalam webinar yang diadakan oleh Forum Sintesa dengan tema “Toleransi dan Pluralisme dalam NU: Mitos atau Realitas?” Webinar yang diadakan pada Sabtu (27/6) ini membedah penelitian yang ia lakukan tentang toleransi dilihat dari afiliasi organisasi kemasyarakatan.
****
Dosen FISIP UIN Jakarta ini memberikan salah satu contoh data orang non-muslim yang mengadakan acara keagamaan di daerah mereka. 36,4 persen umat Islam merasa keberatan. Sedangkan ada 36,3 persen orang yang merasa bagian dari NU keberatan dengan kegiatan non-muslim diadakan di lingkungan mereka. Orang yang merasa bagian dari Muhammadiyah, 28,1 persen di antaranya merasa keberatan.
“Bahkan kita tidak temukan orang yang merasa bagian dari NU yang lebih toleran dari yang lain. Ini yang kami sebut sebagai mitos. Bahwa banyak klaim yang mengatakan bahwa wajah toleransi dan pluralisme di Indonesia diwakili oleh NU. Namun, ketika ternyata datanya tidak demikian, itu kami sebut sebagai mitos,” tambahnya.
Namun, ia mengaku bahwa ia juga tidak menafikan warga NU yang masih toleran yang jumlahnya juga cukup besar. Ia menunjukkan ada variasi dari sisi wilayah. Misalnya, warga NU yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih toleran dibandingkan dengan warga NU yang tinggal di Jawa Barat dan Banten.
Selain itu, ada juga perbedaan antara orang yang aktif di NU dengan mereka yang sekedar merasa dekat dengan NU. Mereka yang aktif di NU secara umum lebih toleran dibandingkan dengan yang sekedar merasa dekat dengan kultur NU.
baca juga: Kekuatan Saling Mendoakan Sesama Muslim
Dukungan terhadap NU, FPI, dan HTI pada tahun 2018 ke 2019 mengalami penurunan yang signifikan. “Pada tahun 2018 & 2019 ada isu yang cukup besar dalam hal Islam politik, sehingga dukungan terhadap FPI dan HTI turun. Tetapi penurunan dukungan terhadap FPI dan HTI tidak memberikan dampak terhadap penurunan intoleransi dan radikalisme. Tingkat intoleransi dan radikalisme tidak ikut turun seiring dengan turunnya dukungan masyarakat terhadap FPI dan HTI,” jelasnya.
Reporter: Yusuf R Y