Mengapa begitu banyak orang orang yang belajar agama di internet, padahal umumnya internet dianggap sumber yang kurang otoritatif dalam hal pembelajaran agama. Internet sebenarnya bukanlah media yang kurang lengkap perihal penyedia bidang keilmuan agama. Apa pun bisa kita peroleh dari sana, mulai dari kitab suci sampai karya-karya ulama klasik. Tetapi kita tidak boleh menganggap internet sebagai satu-satunya media untuk menggali pemahaman agama secara utuh.
Semenjak kemunculan gerakan ideologi ekstrem yang mengatasnamakan agama (Islam) di lini penyiaran dan media sosial, pemerintah dengan segenap kelompok/organisasi Islam yang moderat tak henti-hentinya menyuarakan yang bernuansa larangan belajar agama online atau belajar ilmu-ilmu agama hanya dari internet. Kalau awal-awal perang ideologi hanya sebatas lewat tulisan, sekarang sudah lewat penyiaran dan jejaring sosial.
Kesalahpahaman Belajar Lewat Internet
Tidak sedikit anak-anak muda yang semangat belajar agama hanya dari internet malah gagal paham dengan term-term agama, salah satunya term jihad. Istilah ini bukan hanya banyak disalahpahami oleh kelompok non muslim, banyak dari muslim sendiri yang salah paham dengan istilah ini. Akibatnya banyak umat Islam keliru memahami agamanya serta dengan mudahnya terbawa oleh ajaran-ajaran yang mengarah pada kekerasan, dan inilah yang dikhawatirkan dan sedang terjadi akhir-akhir ini.
Boleh saja kita tidak sepakat jika para pelaku teror itu menggunakan term jihad untuk melegitimasi aksi-aksinya. Bahkan mereka sudah sangat bangga dan malah menamakan sebagai para mujahid. Kita perlu berpikir kritis bahwa pemahaman semacam ini bukan hanya keliru, namun juga mengancam keutuhan bangsa, mengancam keutuhan umat Islam dan sering membuat umat non muslim salah dalam memahami Islam.
Pandangan para pelaku teror tentang term-term agama sudah sangat keliru. Jika mereka beranggapan gerakan mereka adalah ide jihad yang terkomfirmasi dari kitab suci. Maka sudah jelas hal itu keliru sebab Islam dan agama manapun di bumi ini tak pernah mengajarkan kekerasan ketika keberagaman dan perbedaan di masyarakat dapat hidup harmonis dan berdampingan.
Kesalahan dalam memahami terma agama umumnya dari yang mempelajari dari internet. Para kawula muda dan generasi millenial biasanya adalah kalangan yang paling banyak mengonsumsi keilmuan agama di internet. Sebab maraknya media sosial juga sangat mempengaruhi bagaimana orang-orang belajar agama seakan-akan sangat mudah tapi juga mengkhawatiran. Bisa jadi fenomena seperti ini ada kelompok tertentu yang secara sengaja menggiring untuk belajar di internet.
Kekeliruan orang dalam memahami dan mempelajari keilmuan agama, sering kali bukan dari rasa malas dan tidak adanya keseriusan dalam mempelajari agama. Tetapi kesalahan itu berangkat juga dari cara-cara atau metode yang tidak tepat ketika seseorang mempelajari ilmu agama. Belajar dari internet yang entah sanad keilmuannya dari mana, seringkali menjadi asumsi wawasan yang benar. Padahal seseorang pembelajar agama, sekurang-kurangnya butuh seorang mursyid atau guru yang benar-benar kredibel di bidangnya.
Tips Belajar Agama dari internet
Memang, tidak semua yang bersumber dari internet itu salah dan menyesatkan, tak sedikit juga yang benar terserak di sana. Akan tetapi kebenaran itu harus kita verifikasi lebih lanjut. Atas dasar itu penulis ingin membagi tips sekaligus sikap dalam menerima informasi-informasi keagamaan atau belajar agama lewat internet, Sebagai berikut :
1. Kita memang butuh internet sebab kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan selalu tersedia. Tetapi setelah memperoleh ilmu pengetahuan agama yang telah dalam pencariannya kemudian perlu menelaah dan mempelajari ulang. Maka kita harus mengkonfirmasinya dengan bertanya kembali kepada orang-orang yang mumpuni perihal agama. Lebih lebih harus mengkonfirmasi kepada ahli agama yang tepat dan tak bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
2. Jangan mudah percaya, budayakan membaca sampai selesai. mempelajari sesuatu kita harus selalu hati-hati dan memilah-milahnya. Kita sah-sah saja belajar agama dari sumber manapun, termasuk dari internet seperti media sosial atau Youtube. Notabenenya kita tidak bisa berjumpa langsung dengan guru atau penceramahnya secara langsung entah karena faktor kekurangan biaya atau faktor lainnya. Tetapi sangat perlu untuk ditekankan, kelompok radikal atau ekstrimis, sering kali memanfaatkan internet, sehingga sikap kritis sangat perlu ditekankan.
3. Saat ini ada banyak media media online yang menyediakan informasi dan pengetahuan tentang agama. Karakternya sangat beragam, maka di sini pilihlah media-media yang lebih santun, berwawasan keindonesiaan, mendidik dan selalu mengedepankan dakwah yang menyejukkan dan mendamaikan hati juga pikiran. Bukan media-media yang provokatif, suka menyalah-nyalahkan kelompok lain yang berbeda, atau malah hobinya menakut-nakuti dan menyebarkan kebohongan atau hoaks yang tidak terdapat pertanggungjawaban.
4. Kembali gunakan triple filter test ala bapak filsuf, Socrates, yakni dengan cara menimbang kebenaran informasi, kebaikan dan kemanfaatan dari informasi tersebut.
Editor : Izzul Khaq
Benar sekali, apabila kita tidak mempertanyakan apa yang kita pelajari pada ahlinya, resiko terbesarnya akan menjadi intoleran, ekstrimis, hingga menjadi pelaku teror