Fenomena menteri yang memiliki kekuasaan besar pernah terjadi di Brasil, Menteri Ekonomi Brasil, Paulo Guedes misalnya, dikenal sebagai “menteri segala urusan” karena besar dan luasnya wewenang yang diberikan oleh Presiden Brasil saat ini, Jair Bolsonaro kepadanya.
Kisah Firaun
Dalam Alquran, kisah tentang menteri segala urusan pernah terjadi di era kekuasaan Fir’aun pada masa Nabi Musa yaitu Minephtah (1232-1224 SM), putra dari Ramses II dan diabadikan dengan indah didalam Alqur’an. Alkisah, pada suatu hari Istana Fir’aun terguncang hebat, Sang Raja yang mengaku sebagai tuhan itu dikalahkan oleh seorang pemuda belia dari Bani Israil bernama Musa, Firaun pun marah lalu mengusir semua pejabat yang ada di istana. Ditengah kemarahan sang raja yang belum reda, ia lalu memanggil kembali para pejabat tersebut.
Baca juga: Bagaimana Menumbuhkan Semangat Literasi?
Ketika semua para pejabat sudah berkumpul, Fir’aun tiba-tiba bertanya kepada salah satu menterinya. “Hai Haman, apakah aku seorang pendusta?” dengan bertekuk lutut sang menteri pun menjawab “siapa yang berani menuduh baginda pembohong?” ucapnya sembari membela. Lalu Fir’aun pun kembali berkata, “Bukankah Musa mengatakan bahwa ada Tuhan di surga?” ujar penguasa Negeri Mesir, geram.
“Musa telah berdusta!” ujar Haman segera. Ia tentu tak ingin tuannya marah. Hingga kemudian, Haman dengan kedudukannya memberikan pengaruh bagi keputusan raja. Ia dengan mulutnya berusaha memuja dan memuji Fir’aun. “Namun paduka, untuk pertama kalinya saya merasa keberatan. Kendati Anda telah membangun menara menjulang, Anda tak akan pernah menemukan siapa pun di langit. Karena, memang tidak ada Tuhan selain Anda,” ujar Haman ketika ia diperintahkan oleh Fir’aun untuk membuat menara agar mampu untuk bertemu Tuhan-Nya Musa.
Nama “Haman” tidaklah diketahui hingga dipecahkannya huruf hiroglif Mesir di abad ke-19. Ketika hiroglif terpecahkan, diketahui bahwa Haman adalah seorang pembantu dekat Fir’aun. Jabatan formalnya adalah sebagai pemimpin pekerja batu pahat. Alqur’an pun menyebut nama “Haman” sebanyak 6 kali. Lalu apa yang bisa kita ambil hikmah dari seorang menteri bernama Haman ini?
Didalam kitab tafsir Ibnu Katsir Qishashul Anbiya mendeskripsikan jika sosok Haman adalah seorang tokoh antagonis, pejabat penjilat, dan pembisik raja yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap keputusan Fir’aun. Didalam teori Politik dan Sosiologi modern saat ini kita mengenal istilah “Elite Politik” yang memiliki arti sekumpulan orang yang berada dilingkup kekuasaan dan memiliki pengaruh kuat. (Gaetano Mosca, 1941)
Haman Gaya Baru
Istilah Neo Hamanisme adalah istilah yang penulis pakai untuk menggambarkan suatu sikap para “pembantu” pemegang kekuasaan yang memiliki karakteristik seperti Haman. Alqur’an menggambarkan sosok Fir’aun sebagai raja yang otoriter dan pemimpin diktator, sedangkan Haman adalah sosok menteri yang menjadi pembisik sang diktator. Bagaimanapun sekuat-kuatnya diktator ia pasti memiliki orang orang kepercayaan yang memiliki pengaruh kuat. Hitler ketika berkuasa memiliki menteri yang menjadi pembisik utamanya yaitu Rudolf Hess, Joseph Stalin mempunyai Lavrenti Baria sebagai sosok sentral dalam pembuatan kebijakan Uni Soviet, dan begitulah sejarah selalu berulang pada setiap zamannya. Alqur’an selalu mengajari kita sejarah agar manusia mampu untuk mengambil setiap hikmah-Nya.