Dewasa ini Pancasila dan sejarahnya sudah menjadi dongeng belaka. Dasar negara yang diperjuangkan selama ini hanya menjadi salah satu hiasan yang ada di sekolah. Seperti kacang yang lupa dengan kulitnya, dari generasi ke generasi Pancasila mulai dilupakan dan dianggap tidak penting.
Generasi milineal saat ini lebih memilih bermain game bersama temannya lewat handphone menjadi sangat bersemangat dan sanggup melakukan ini sampai seharian daripada duduk diam di kelas belajar tentang Pancasila.
Para pemuda dan pemudi pada masa ini sudah tidak tertarik dengan perjuangan. Jangankan sejarah bangsa, dasar negara saja tidak banyak yang hafal dan tahu. Kurikulum yang digunakan baik di tingkat sekolah dasar, menengah, atsa, sampai perguruan tinggi telah ditambahkan dengan Pendidikan Pancasila.
Baca Juga: Pancasila: Islam, Kemanusiaan dan Modernitas
Akan tetapi, bukan hal yang baru jika para siswa dan beberapa mahasiswa yang tertidur karena bosan ketika menerima materi mengenai kenegaraan yang dari dulu selalu monoton. Hal ini menjembatani semankin banyak para pemuda dan mahasiswa lainnya yang tidak tertarik dengan isu-isu tentang perjuangan bangsa ini dan keberlangsungan negara ini untuk semakin tidak peduli.
Pancasila Sebagai Pilar Bangsa
Sikap apatis ini muncul bukan tanpa sebab, mereka semua merasa ingin dihargai dan tidak membutuhkan berbagi peraturan yang menurut mereka tidak membantu mereka sama sekali. Para pemuda dan pemudi ini ingin agar suara mereka didengar. Mereka tidak mau hanya menjadi boneka saja yang digunakan para perwakilan rakyat agar bisa membentuk peraturan baru dan kebijakan yang tidak ada habisnya untuk saat ini.
Alhasil, beberapa pemuda yang notabenya berstatus mahasiswa diminta meminta menyebutkan 5 sila pancasila, ada yang sudah lupa dan tidak mengingatnya lagi.
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang telah tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila memiliki peran penting sebagai ideologi bangsa Indonesia dan pilar seluruh masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Pilar-pilar itu tercermin dalam kehidupan tiap-tiap nilai atau sila Pancasila.
Implementasi sila-sila yang terdapat dalam Pancasila merupakan kewajiban seluruh warga negara. Akan tetapi, lama kelamaan ternyata pemahaman terhadap nilai – nilai Pancasila justru semakin memudar. Masuknya budaya asing dan perkembangan teknologi di tengah kehidupan masyarakat merupakan salah satu penyebabnya. Hal membuat rasa patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia semakin terkikis.
Mahasiswa Ujung Tombak Pembangunan
Pemahaman dan implementasi terkait dengan nilai-nilai Pancasila sangat penting bagi mahasiswa yang merupakan ujung tonmbak dalam pemerataan pembangungan. Mahasiswa seharusnya menjadi roda penggerak implementasi Pancasila, namun saat ini semangat itu malah terkikis.
Lingkungan kampus merupakan salah satu wadah yang bisa dijadikan sebagai lahan untuk belajar menerapkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini karena saat berada di kampus terdapat tatanan pembangunan, seperti halnya tatanan negara yaitu politik, ekonomi, budaya, hukum, dan kehidupan beragama.
Indonesia yang lebih baik perlu kita rintis mulai dari sekarang dengan merefleksikan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Para mahasiswa yang telah dibekali dengan ilmu pengetahuan, kemampuan memanfaatkan teknologi, rasa keingintahuan yang besar dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
****
Peningkatan kapasitas dalam memahami makna Pancasila dan penerpannya dalam kehidupan sehari – hari maka pendidikan pancasila diberikan selama 12 tahun sesuai dengan sistem pendidikan nasional dan ditambah lagi 1 tahun di perguruan tinggi. Namun, sampai saat ini masih banyak sekali yang tidak tertarik dan merasa bahwa Pancasila bukanlah hal penting.
Bisa dibilang, generasi muda yang seharusnya bisa menjadi teladan dari pengamalan nilai-nilai Pancasila menjadi semakin apatis dan tidak ikut serta dalam menghidupkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan masyarakat. Sehingga, semakin banyak orang-orang yang saling menjatuhkan, hukum digunakan untuk kepentingan pribadi, dan banyaknya orang yang saling menyalahkan sampai berujung pada bentrok, serta mulai hilangnya kerukunan antar agama dan suku.
Berbagai permasalah yang muncul tersbut tidak lepas dari kurangnya upaya semua warga negara dalam menerapkan dasar negara kita di kehidupan sehari-hari, terutama anak muda. Para pemuda dan pemudi pada dasarnya ingin dilibatkan dan berperan aktif dalam upaya pembangunan dan mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Namun, selama ini mereka hanya dianggap sebagai sekumpulan anak yang tidak tahu apa-apa dan hanya bisa membawa masa untuk berdemo. Hal ini dilakukan oleh para pemuda untuk menarik perhatian dan ingin dilibatkan secara aktif dalam membangun negara yang lebih baik.
Pemuda Penentu Masa Depan
Muda-mudi adalah ujung tombak karena mereka membawa masa depan negara ini dan bisa menjadikan negara ini sesuai pemahaman mereka. Para pemuda dan pemudi ini menempuh pendidikan sekian lamanya karena yakin bahwa ilmu pengetahuan dapat diumpamakan sebagai sayap bagi kehidupan manusia dan tangga bagi kemajuannya. Mereka ingin mmebantu membangun negara ini, hanya saja mereka selalu tidak diberikan ruang untuk bisa menunjukkan upayanya.
Beberapa ruang yang bisa digunakan oleh para mahasiswa dan pemuda ini adalah kegiatan kemasyarakatan, seminar berbasis pelatihan, diskusi atau debat antar mahasiswa, dan upaya untuk membuat konten-konten yang bermanfaat untuk orang lain. Cobalah untuk terus merangkul mahasiswa-mahasiswa dalam setiap kegiatan.
Seberapa malas mereka, seberapa mereka tidak menghiraukan, pasti akan ada di satu titik dimana mereka bersedia mencoba, melakukan dan pada akhirnya dengan kesadaran akan melakukan kontribusi jika ruang yang diberikan sesuai. Hal ini bisa mereka manfaatkan untuk mengembalikan identitas negeri ini ke semua masyarakat.
Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki peran sebagai ‘Agent Of Change‘ dan ‘Social Control‘ mahasiswa harus dapat menerapkan dan menjalankan Pancasila sebagai pedoman hidup di dalam masyarakat dan kehidupan akademik.
Peran Kaum Muda
Mahasiswa juga diharapkan tetap terus menempa dirinya menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kematangan intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif, dan memiliki kesetiakawanan sosial dan semangat pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan negara yang tinggi.
Adapun peran yang dapat di lakukan mahasiswa dalam menerapkan pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah sebagai berikut:
- Mewariskan nilai-nilai ideal pancasila kepada generasi muda di bawahnya.
- Membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila
- Memperkuat jati diri sebagai sebuah Bangsa.
- Penguatan nilai etik dan nasionalisme generasi muda.
- Pengambil peran dalam pengentasan dalam kemiskinan dan pendidikan.
Upaya dalam mempertahankan dan menerapkan Pancasila bisa dimulai dengan mahasiswa bersedia mengikuti mata kuliah pendidikan Pancasila. Pancasila yang merupakan ideologi dapat memberikan orientasi, asas, dan pedoman normatif dalam bidang kehidupan bernegara.
Baca Juga: Memaknai Hijrah dan Gerakan Hijrah secara Lebih Mendalam
Selama sejarah bangsa ini, mahasiswa sangat berpengaruh terhadapap kemajuan bangsa dan negara, salah satu contohnya adalah perpindahan rezim orde baru ke rezim reformasi.
****
Pada waktu itu mahasiswa merupakan pelopor terbesar dalam perubahan sistem ketatanegaraan di Indonesia, dan oleh karena itu saat ini mahasiswa di harapkan dapat menjalankan pancasila yang telah menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia dan kembali menegakkan berbagi hal yang menyimpang dari Pancasila.
Selain itu untuk dapat berperan aktif dalam melaksanakan Pancasila sebagai ideologi bangsa, mahasiswa harus terlebih dahulu dapat menerapkan Pancasila di dalam kehidupan yang bermasyarakat dan di lingkungan kampus.
Ujung tombak negara ini perlu diasah kembali dan dipersiapkan untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah. Meskipun saat ini semuanya tampak sulit dan tidak mungkin, namun semua orang nantinya pasti akan hidup berdampingan dalam persatuan dan perdamaian dan kemajuan materi dan rohani di segala bidang bisa tercapai.
Penulis: Agnes Putri Astuti, Bagas Kurniawan, Muhammad Bagas Ariyahya, Daei Aljanni, Febri Bekti Pangertu, dan Rahayu Putri Utami. (Alumni pelatihan #PancasilaLahirBatin yang diselenggrakan oleh PSBPS UMS bekerjasama dengan LPIDB UMS pada 25-28 Agustus 2020).