Dilthey, dia adalah seorang filsuf juga seorang sejarawan yang humanis. Dia dilahirkan bertepatan pada tahun 1833-1911 M di Biebrich Rheinland Jerman.
Ayahnya seorang pendeta Protestan di Biebrich dan ibunya seorang putri dirigen dan menjadi penggemar musik. Maka dari itu, Dilthey mewarisi sifat musikal dari ibunya.
Pada waktu itu, seiring berjalannya waktu Dilthey sangat menentang upaya-upaya yang ingin dibangun oleh para ilmuwan, terkhusus ilmuwan sosial. Yaitu, ingin menjadikan ilmu pengetahuan alam (IPA), sebagai model bagi ilmu pengetahuan sosial (IPA).
Karena, ada kecenderungan pada waktu itu, di abad ke 19 untuk menjadikan ilmu pengetahuan alam sebagai model dari ilmu pengetahuan sosial, maka dari itu, Dilthey tidak setuju dengan wacana tersebut.
Alasan Dilthey Mendukung Perbedaan IPA sama IPS
Dilthey mendukung perbedaan tersebut, dikarenakan fakta bahwa ada perbedaan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam bagian objek kajiannya.
Jadi, kalau objek kajian IPA menurut Dilthey itu mengarah pada benda-benda alam, sedangkan IPS lebih ke bagian gejala tindakan manusianya. Oleh karena itu, menurut Dilthey, metode penyelidikannya pun haruslah berbeda antara keduanya.
Dilthey berani mempertegas perbedaan antara Geisteswissenchaften (IPS) dan Naturwissenchaften (IPA), dikatakan Dilthey IPS itu pada dasarnya adalah hermeneutika, atau sebuah seni memahami dari makna-makna yang tersembunyi dibalik sebuah tabir gejala atau suatu aksi-aksi yang dilakukan oleh manusia.
Selain itu, dilihat dari tujuan pun berbeda, Dilthey menilai bahwa IPS itu bertujuan untuk memahami motif sebuah tindakan dari individu yang bisa dikatakan dari dalam.
sedangkan IPA itu gejala alam dari luar. Berikut ada beberapa perbedaannya mulai dari objek kajian, metode, sekaligus tujuan (Zainal Abidin, 2012).
Objek kajian dari IPS itu Geist: sebuah ekspresi jiwa manusia bisa dikatakan dalam bentuk aksi-aksi dan memunculkan karya-karya dari manusia tersebut. Sedangkan dari IPA itu Alam: Organis dan in-organik.
Selanjutnya Metode dari IPS itu Verstehen (sebuah pemahaman), perangkatnya itu sebuah analisis dari intelektual rasional dan efektif empatik.
Maksudnya adalah, cara berpikirnya itu sesuai dengan alasan yang baik, sesuai akal sehat manusia, dan menempatkan diri pada sebuah situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh orang lain, bisa dikatakan saling memahami antara satu orang dengan orang lain.
Sedangkan IPA itu Erklaren: (penjelasan kausal), perangkatnya dan sifatnya: analisis intelektual, rasional, objektif. Melangkah ke tujuan, bahwa IPS itu tujuannya lebih ke mengungkapkan sebuah pengalaman dari manusia yang mengarah ke subjektif atau batin dari individu atau masyarakat. Sedangkan IPA itu lebih ke penjelasan tentang sebab akibat objektif suatu gejala alam.
Bisa disimpulkan sedikit, dengan cara gampangnya suatu pemahaman itu, IPA lebih ke penjelasan alam, IPS lebih ke sebab akibat yang dijelaskan oleh manusia.
Itu pun tidak bisa secara individu, karena makhluk sosial itu makhluk yang berdampingan satu sama lain, berinteraksi, saling mendukung dan lain-lain.
Syarat Berhasil Menjadi Ilmuwan Sosial
Ada beberapa syarat, di antaranya adalah. Pertama, seorang ilmuwan tersebut harus memiliki sebuah kemampuan untuk memahami makna dari pengalaman manusia secara umum.
Bisa dicontohkan seperti penderitaan, kebahagiaan, cinta, kecemasan, sebuah harapan, perasaan dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan pikiran masyarakat luas.
Maka dari itu, sumber untuk mencapainya itu harus berpengalaman, seperti melakukan banyak perjalanan dalam kehidupan sehari-hari, sejarah peradaban manusia, dan itu semua harus kita memahami, kita dalami biar tahu banyak akan kehidupan sosial yang baik, supaya bisa bijaksana dalam menjadi makhluk sosial.
Misal, dicontohkan pada filsuf yang bernama Sigmund Freud, dia sangat memahami sejarah, kesenian, dan peradaban Barat. Seperti tampak pada teorinya, yaitu: Narcisim, Oidipus complex, dan lain sebagainya.
Kedua, dia harus memiliki pemahaman diri yang baik dan menyeluruh. Ketiga, dia harus memahami kaidah, norma, dari manusianya itu sendiri.
Jadi, sebelum memahami masyarakat luas dia harus memahami diri sendiri, untuk mengukur bagaimana nantinya ke depan menjadi makhluk sosial yang baik. Keempat, dia harus menguasai teori tertentu yang sudah berhubungan secara pas, dengan gejala yang mau dipahami tersebut.
Editor: Rahmat