Muqadimah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Tidak ada kata yang indah untuk diucapkan pada hari ini, selain rasa syukur atas kehadirat Allah SwT. Tuhan yang telah memberikan begitu banyak nikmat, serta kasih sayangnya kepada seluruh manusia. sehingga sampai saat ini.
Kita semua masih Allah berikan berkah kehidupan di muka bumi ini. Semoga kita semua tergolong manusia yang mendapatkan berkah hidayah dan bertakwa. Amin.
Shalawat beserta salam tak lupa kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Meneladaninya adalah kunci sukses dalam menjalani hidup, dan semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.
Selanjutnya, sebagai khatib kami mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa menjaga dan memelihara iman dan takwa. Yaitu iman dalam pengertian yang sebenar-benarnya iman dan takwa. Dalam pengertian yang sebenar-benarnya dengan menyeimbangkan hablu min allah sekaligus hablu min an-naas.
Hadirin siding jamah jum’at yang dirahmati Allah
Khotbah Pertama
Takwa merupakan sebuah komitmen yang senantiasa harus kita jaga dan pelihara. Takwa sendiri ialah sebuah perintah khusus yang Allah berikan terhadap orang-orang yang beriman. Karenanya, bagi orang-orang yang beriman memiliki komitmen untuk bertakwa merupakan keniscayaan mutlak yang harus kita jaga sampai akhir hayat.
Makna takwa secara istilah adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Pengertian ini mengandung pemahaman bahwa takwa harus kita aplikasikan dalam dua hal, yakni menepati aturan Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya.
Sehingga tidak bisa kita mengatakan “saya telah menegakkan shalat”, setelah itu berbuat maksiat kembali. “Saya telah menunaikan ibadah puasa“, akan tetapi setelah Ramadhan kembali kepada kebiasaan sebelumnya, dan lain sebagainya.
Singkat kata, keistikamahan seorang muslim yang bertakwa adalah komitmen untuk melaksanakan segala perintah Allah. Sekaligus secara bersamaan berkomitmen pula untuk meninggalkan segala larangan-Nya.
Taqwa pada hakikatnya adalah kesinambungan satu sama lain antara iman, Islam, dan ihsan. Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah (2), ayat 177:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah,
Ayat tersebut memiliki sebuah petunjuk ,bahwa menjadi orang bertakwa itu harus mampu melakukan sebuah kebajikan (al-birr). Berupa iman, yaitu iman kepada Allah, hari akhir, para malaikat, kitab-kitab dan juga para Nabi. Pada saat bersamaan pula seorang muslim juga harus selalu mendirikan shalat dan menunaikan zakat sebagai perwujudan rukun Islam.
Senantiasa berbuat ihsan dengan mendermakan harta , menepati janji dan perilaku sabar. Orang yang bertakwa dengan demikian adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadikan pribadinya sebagai seorang yang mukmin, muslim, dan muhsin di kehidupan sehari – harinya.
Sebagaimana terdapat Dalam surat Ali-Imran ayat 102, Allah memerintahkan kepada kita supaya bertakwa kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yaitu dengan mengerahkan semua potensi yang terdapat pada diri kita sekalian. Adapun aplikasi sebuah takwa secara maksimal ialah dengan melakukan islamisasi seluruh aspek dan ruang lingkup kehidupan (islamiyah al-hayah).
Karena bagaimanapun seorang muslim harus senantiasa menjaga takwa sampai ia mati dalam keadaan muslim, hal itu merupakan sebuah proses sepanjang hidupnya.
Dengan kata lain, seluruh proses hidup kita, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, tempat kerja, kehidupan bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara, harus berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam sebagai perwujudan melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Nabiullah Muhammad SAW juga mengingatkan kepada kita agar menjaga keistiqomahan dalam ber takwa kapan dan di mana saja, ketika bertemu dengan siapa saja, serta dalam situasi apa saja yang nabi hadapi. Rasulullah SAW bersabda:
“Bertakwalah kamu kepada Allah di manapun kamu berada”
Apabila keistikamahan dalam bertakwa ini menjadi bagian dari cara hidup kita, maka insya Allah akan banyak keutamaan yang dapat kita raih dalam menjalani hidup dan kehidupan ini, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam kehidupan dunia dan akhirat, orang yang paling bertakwa akan mendapat kemuliaan di sisi Allah dan Rasulullah saw. Sebagaimana perkataan Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya seutama-utama manusia denganku adalah orang-orang yang bertakwa, siapapun dan bagaimanapun keadaan mereka” (HR Ahmad)
Sedangkan dalam kehidupan dunia seseorang yang senantiasa ,istiqomah dalam ketaqwaannya akan menjadikan pemiliknya memiliki keutamaan, di antaranya berikut ini:
Pertama, Orang yang bertakwa akan mencerminkan dalam padanya sikap furqan, sikap tegas membedakan antara yang hak (benar) dan batil (salah), halal dan haram, serta terpuji dan tercela. Orang yang bertakwa kelak di akhirat akan mendapatkan penghapusan dan pengampunan dosa serta akan mendapatkan pahala yang besar. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Anfal ayat 29:
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Kedua, Orang yang bertakwa akan diberikan solusi (jalan keluar) dari setiap problematika dan kesulitan hidup yang dihadapinya, serta akan mendapat sebuah rezeki dari berbagai sumber yang tidak pernah disangka–sangka olehnya. Hal ini sebagaimana janji Allah dalam surat At-Talaq ayat 2 – 3:
“… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada sangka-sangkanya…”
Ketiga, Orang yang bertakwa akan mendapati setiap urusannya kemudahan dalam melaksanakannya, baik terkait urusan kehidupan dunianya maupun dalam melaksanakan ibadahnya. Sebagaimana Firman Allah dalam surat at-Talaq ayat 4 menyatakan bahwa :
“…Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.”
Keempat, Apabila sikap takwa ini menjadi sebuah keistikamahan bersama seluruh penduduk negeri, maka akan menjadi jalan bagi Allah untuk melimpahkan berkah-Nya dari langit dan bumi bagi seluruh penduduk negeri tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 96:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,
Demikianlah janji Allah yang telah janjikan kepada kita. Apabila kita memiliki sikap takwa dalam menjalani kehidupan ini maka Allah akan memberikan keutamaan-keutamaan yang merupakan buah dari ketakwaan kita kepada-Nya.
Akhirnya marilah kita berupaya semaksimal mungkin, dengan seluruh potensi yang kita miliki untuk memelihara dan mewujudkan sikap takwa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Khutbah Kedua
Hadirin yang dirahmati Allah,
Keistikamahan seorang muslim dalam bertakwa kepada Allah SwT. merupakan sebuah kewajiban khusus yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa perilaku takwa akan mudah kita raih kalau kita memiliki keimanan yang kuat kepada Allah SwT. Ketakwaan kepada Allah merupakan bagian dari konsekuensi dari keimanan kita kepada-Nya.
Iman tanpa diiringi perilaku takwa, yaitu berupa ihsan, maka sesungguhnya keimanan tersebut tidak sempurna adanya. Sebagaimana kita inginkan untuk selamat tapi tak mau menempuh sebuah jalan, ketauhilah bahwasanya perahu tidak mungkin berjalan di daratan .
Oleh karena itu, marilah terus kita pelihara dan perkuat iman kita, dan selanjutnya diwujudkan dengan ketakwaan kita yang semaksimal mungkin, sesuai batas kemampuan yang kita miliki. Akhirnya, marilah kita berdo’a kepada Allah, dengan penuh ketundukan dan kekhusyuan hati, agar kita senantiasa mendapatkan ampunan, hidayah dan bimbingan-Nya.
Editor : Akbar Syifa